Konflik Manusia dengan Satwa Liar

Oleh: Bagas

Pertumbuhan penduduk yang pesat serta peningkatan kebutuhan yang tinggi menyebabkan peningkatan permintaan terhadap sumber daya alam meningkat drastis. Eksploitasi yang dilakukan manusia terhadap sumber daya alam menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, pembabatan habitat satwa liar, hingga perburuan dan perdagangan satwa liar secara ilegal. Hal ini menciptakan ruang konflik bagi manusia dengan satwa liar.

Di Indonesia sendiri, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan masih terus terjadi. Eksploitasi yang dilakukan menyebabkan hutan menjadi gundul sehingga rentan terjadi bencana alam, seperti kebakaran hutan, banjir bandang, dan tanah longsor. Dampaknya, satwa liar kehilangan tempat untuk berlindung serta kesulitan dalam mencari makanan untuk bertahan hidup. Karena kondisi habitat alaminya yang sudah dieksploitasi, mereka mencari makanan di area sekitar hutan atau mereka akan masuk ke daerah pemukiman yang berada di sekitar hutan. Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat dengan munculnya satwa-satwa liar di daerah pemukiman warga. Kekhawatiran tersebut disebabkan karena ketakutan masyarakat bahwa satwa liar akan melukai mereka dan juga kerusakan lahan pertanian dan perkebunan oleh satwa liar yang mencari makanan. 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, banyak dari warga yang memasang jerat untuk mencegah masuknya satwa liar ke dalam pemukiman. Namun, pemasangan jerat justru membahayakan bagi manusia dan juga satwa liar. Pemasangan jerat listrik kerap menewaskan warga yang tidak sengaja menyentuhnya. Pemasangan jerat juga meningkatkan angka kematian satwa liar, terutama satwa yang dilindungi. Seperti pada kasus yang terjadi di Desa Tanjung Leban, Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Minggu, 17 Oktober 2021, seekor harimau sumatera ditemukan mati dalam keadaan terjebak jerat. Hal tersebut menambah rentetan kematian satwa yang dilindungi dan meningkatkan kemungkinan punahnya mamalia tersebut. 

Selain itu, nilai ekonomis yang tinggi dari satwa-satwa liar, baik secara utuh maupun bagian-bagian tubuhnya secara terpisah meningkatkan hasrat kerakusan manusia sehingga mereka melakukan perburuan dan perdagangan satwa liar secara ilegal. Perdagangan satwa liar ilegal merupakan kejahatan terhadap satwa yang dilakukan secara terorganisir dengan baik dan memiliki jaringan yang luas, baik secara lokal maupun internasional. Bisnis ini memberikan keuntungan yang besar dengan resiko yang kecil. Dari Indonesia sendiri, bagian-bagian tubuh satwa liar yang permintaannya selalu tinggi adalah tulang dan kulit harimau, gading gajah, sisik dan daging trenggiling, dan paruh burung enggang gading.

Terjadinya perburuan dan perdagangan satwa liar secara ilegal disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: belum optimalnya penegakan hukum terhadap para pelaku perburuan dan perdagangan satwa liar; kurangnya sosialisasi mengenai status perlindungan terhadap satwa liar dan informasi mengenai fungsi ekologi satwa liar terhadap masyarakat itu sendiri; kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat bahwa dengan membiarkan satwa liar di habitatnya agar dapat menjalani peran ekologinya supaya keseimbangan ekosistem dapat terjaga; dan tingkat keamanan yang rendah menyebabkan pemburu mudah memasuki hutan dan melakukan perburuan satwa liar.

Maka dari itu, perburuan dan perdagangan liar harus segera dihentikan. Pemerintah serta pihak yang berwajib harus segera membuat program untuk mencegah hal tersebut semakin meluas dan bertambah parah. Apabila perburuan dan perdagangan terus berlanjut, hal tersebut akan membuat keseimbangan ekosistem terganggu dan juga punahnya endemik khas Indonesia yang merupakan fauna kebanggaan Indonesia. Sudah sepatutnya manusia melindungi kawasan habitat satwa liar dan membiarkan mereka hidup bebas di alamnya sendiri.

Pro Kontra Diresmikannya Indonesia Menjadi Tuan Rumah Formula-E

Oleh: Alyssa Rasheedah Cahaya Bintang

ABB FIA Formula E World Championship atau yang biasa disebut Formula E merupakan ajang balap mobil listrik berkursi tunggal pertama di dunia. Formula E ini pertama kali dibentuk pada tahun 2011 oleh presiden FIA Jean Todt dan seorang pengusaha asal Spanyol, Alejandro Agag yang merupakan pendiri dan CEO dari Formula E Holdings. Dalam balapannya, Formula E diselenggarakan di jalanan pada 12 kota yang terbagi di lima benua. Dalam Kompetisi ini, terdiri dari 12 tim yang setiap tim nya beranggotakan dua pembalap. Formula E ini juga bisa dibilang sangat unik karena sirkuitnya berada di jalan raya tengah kota.

Ajang Kompetisi balap ini tentunya sebuah inovasi yang berdampak baik karena kompetisi ini juga sekaligus mempromosikan mobil listrik yang berdampak ramah lingkungan yaitu tidak menyebabkan polusi udara. Saat berlangsungnya balapan, dapat dipastikan bahwa dari mobil- mobilnya tidak membuat suara bising yang bisa mengganggu masyarakat sekitar. Suaranya hanya berkisar di angka 80 desibel yang mana suaranya hampir sama seperti sebuah suara yang diciptakan oleh vacuum cleaner.

Pada 2022 nanti, Indonesia dikabarkan akan menjadi tuan rumah ajang Formula E . Dengan Indonesia menjadi tuan rumah untuk ajang Formula E ini pastinya akan membuka kesempatan besar pada Indonesia supaya dikenal oleh dunia, dan masyarakat dunia bisa menyaksikan kemajuan Indonesia sehingga nantinya para turis maupun investor tidak ragu lagi untuk berkunjung ke Indonesia. Tentunya ini sejalan dengan tujuan bapak Presiden Joko Widodo yang memiliki rencana Indonesia akan menjadi pusat produksi mobil listrik dan baterai mobil di kemudian hari.

Tetapi, dari semua rencana dan keputusan tersebut, masih banyak yang tidak setuju dengan diputuskannya Indonesia menjadi tuan rumah Formula E 2022 nanti. Karena banyak yang beranggapan bahwa ditengah pandemi seperti sekarang ini lebih baik pemerintah mengurusi rakyatnya terlebih dahulu, dibanding mengurusi acara Formula E. Karena masih banyak yang beranggapan bahwa  pandemi ini merupakan masalah serius yang harus ditangani lebih dahulu, selain berdampak ke masalah kesehatan tapi juga berdampak pada perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. Dengan diadakannya ajang balapan Formula E ini juga dikhawatirkan akan menambah penyebaran virus Covid-19.

Selain itu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono mengatakan bahwa ajang balapan Formula E ini tidak masuk ke dalam 23 janji dalam kampanye Gubernur Anies Baswedan. Ajang balap Formula E ini juga telah masuk ke dalam prioritas yang sebelumnya tidak ada dan telah ditetapkan ke dalam Instruksi Gubernur Nomor 49 Tahun 2021 tentang isu prioritas daerah. Hal ini dikhawatirkan akan lebih banyak yang harus dikerjakan oleh pemerintah dan mengganggu isu prioritas lainnya seperti beberapa isu soal potensi banjir dan prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam. Menurutnya, isu- isu seperti itu yang harus didahulukan ketimbang menggelar sebuah ajang balapan seperti Formula E tersebut.

Eksistensi Media

Oleh: Nia Septriana Dewi

Eksistensi Media yang tumbuh dan berkembang sampai saat ini mempunyai peranan penting sebagai media penyampaian informasi. Informasi dalam peradaban dan kehidupan masyarakat merupakan kebutuhan yang mendesak dan teramat penting. Hanya saja di era globalisasi, kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat mengakibatkan media tradisional terdesak dan terkontaminasi dari budaya luar, karena perubahan orientasi dan harapan masyarakat boleh jadi kurang direspon oleh pecinta seni khususnya media tradisional dengan ide-ide baru yang dapat merangsang masyarakat yang kini mengalami culture shock (keterkejutan budaya).

Akibat dari besarnya arus informasi dan desakan pola hidup modern, teknologi global sering disalahkan sebagai penyebab surutnya media tradisional. Namun tidak pula dapat disangkal bahwa media modern kini juga memberikan kontribusi yang cukup besar pada konservasi media tradisional, yang dengan jelas menginformasikan pertunjukan kesenian tradisional atau asli.

Media cetak pada masa pandemi Covid-19 saat ini amat banyak yang kehilangan para pembacanya secara signifikan. Pandemi Covid-19 ini sudah menjadi disrupsi yang berdampak negatif bagi para industri media cetak. Masyarakat memilih beralih ke media digital karena mudah dan informasi yang dibutuhkan lebih cepat. Berubahnya media yang digunakan dalam penyampaian informasi tentu akan memberikan dampak pada masa depan dari media itu sendiri. Ketika omset media cetak turun maka perusahaan media cetak akan mengalami bangkrut/tutup serta terjadi pemecatan pegawai dan pemotongan gaji karyawan.

Ade et al (2020) menyatakan bahwa Digitalisasi merupakan salah satu bentuk integrasi antara media massa tradisional dan internet, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selama ini mengandalkan gadget berbasis internet, terutama terkait dengan pola konsumsi informasi dan hiburan, dari media massa tradisional yang beralih ke online. media. Cepatnya perkembangan teknologi pada masa kini terkhususnya internet, sudah merubah cara seseorang mempergunakan media bahkan di seluruh dunia. Berubahnya bentuk penyampaian informasi atau pesan dari bentuk cetak kepada online tentu saja akan memberikan dampak pada masa depan dari media itu sendiri.

Dampak dari pandemi terhadap media cetak mengenai dengan eksistensi atau peran sebagai penyampai pesan untuk seluruh masyarakat di negaranya. Menurut Sjafirah dan Prasanti (2016), eksistensi didefinisikan sebagai suatu keberadaan. Keberadaan yang dimaksudkan ini ialah terdapatnya pengaruh akan ada atau tidak adanya sesuatu. Eksistensi ini harus “diberikan” seseorang kepada orang lain, sebab dengan adanya respon dari orang lain ini akan membuktikan bahwasanya keberadaan atau seseorang itu diakui.

Pesatnya suatu perkembangan dari teknologi informasi serta komunikasi ini, juga membawakan arah perubahan yang besar terhadap industri media terkhususnya media cetak meliputi tabloid, koran serta majalah. Beriringan dengan berkembangnya teknologi, media cetak kini sudah mengalami berbagai perubahan baik itu dari sisi bahasa, perwajahan, kualitas informasi atau pesan yang selaras dengan perubahan masyarakat serta teknologi yang mendukungnya.

Hadirnya media online di era globalisasi sudah menambahkan perbendaharaan media baru atau yang biasa disebut new media. Media online ini ialah salah satu dari beragam produk teknologi informasi yang sudah berhasil merambah dunia baru melewati jaringan internet. Para pembaca yang telah biasa memperoleh informasi melewati media cetak meliputi koran serta majalah, kini bisa dengan mudahnya memperoleh berbagai informasi atau pesan yang dibutuhkan dengan memanfaatkan adanya jaringan internet.

Dengan demikian, eksistensi media daring dapat mempengaruhi aspek media tradisional salah satunya media cetak dengan kondisi yang signifikan di masa pandemi. Pemanfaatan media online sangat dicari dengan berbagai platform yang menyediakan peningkatan digitalisasi juga pengaruh teknologi yang menambah kesan otomatis dalam pelaksanaan eksistensi media itu sendiri.

Rilis Bedah Film:

Mengulik Gender dalam Sebuah Pro dan Kontra di Indonesia

Isu gender merupakan isu yang semakin gencar diperbincangkan belakangan ini. Realita sosial yang hakikatnya dirasa tidak memberikan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan, akhirnya banyak menciptakan dobrakan pro dan kontra. Diantaranya seperti pakem yang mengharuskan perempuan mengerjakan urusan domestik dan laki-laki seharusnya menafkahi keluarga. Namun tentu, selain itu pun masih banyak isu-isu gender yang sangat polemik, kompleks, dan bersifat tabu di Indonesia. Oleh karena itu pada  25 September 2021, departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM Fikom Universitas Padjadjaran mengadakan  Bedah Film bersama Kementerian Kajian Cinematography Club Fikom Unpad, sebuah acara annual yang membahas dan membedah film-film dengan isu tertentu. Kali ini Kastrat BEM Fikom Unpad mengkaji film berjudul “Jemari yang Menari di atas Luka Luka”, sebuah film yang berhasil meraih Piala Citra 2020 untuk kategori Film Cerita Pendek Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2020. Film ini mengangkat tema gender yang polemik dengan cara unik. 

Bedah Film akan diawali dengan pembukaan oleh moderator, Ainun Nabila. Kemudian kita pun diberi sambutan hangat oleh Wakil Ketua BEM Fikom Unpad, Friansyah N. Hakim. Selanjutnya, pada awal acara sekitar 70 peserta langsung disuguhkan dengan pemutaran film “Jemari yang Menari di atas Luka Luka”. Secara singkat, film ini bercerita tentang seorang perias jenazah yang hadir di tengah duka seorang ibu yang baru saja kehilangan anaknya yang berbeda secara “gender”. Dalam film tersebut kita dapat melihat bagaimana konflik dan kesedihan yang terjadi ketika jenazah harus didandani secara “berbeda”. Silent movie dan tone greyish yang dibawa dalam film ini, membuat penonton dapat merasakan perjuangan gender yang harus dihadapi oleh jenazah selama masa hidupnya.

Setelah film selesai, acara kemudian masuk ke sesi pembicara satu yang dibawakan oleh Putri Sarah Amelia atau Pupu selaku sutradara film. Pupu mengatakan bahwa film Jemari yang Menari di atas Luka Luka merupakan inisiasi dari 3 dosen salah satu universitas di Jakarta. Lewat film ini, Pupu menjelaskan bahwa dirinya ingin mewakilkan suara para kaum transgender yang notabene merupakan minoritas di Indonesia. Pupu merasa film pendek merupakan media yang tepat dalam menyuarakan hal tersebut, namun tantangan justru datang ketika ia harus mencari cast dan crew yang tepat dalam film tersebut, karena para pemeran dan kru harus bersifat terbuka terhadap isu “sensitif” ini. Pencarian tersebut menghabiskan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan Pupu tidak ingin timnya memiliki nilai yang bertentangan dengan cerita yang diangkat dalam film ini.


Setelah mba Pupu, sesi pun masuk ke pembicara dua yang dibawakan oleh Dr. Budiawati Supangkat, MA. selaku Dosen Studi Gender dan Seksualitas di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran. Pada kesempatan tersebut, Bu Wati banyak membahas mengenai kondisi yang berlaku mengenai gender dan seksualitas Indonesia. Gender merupakan isu yang tidak pernah berhenti hingga sekarang dan seterusnya, karena selama manusia hidup gender pasti akan terus berjalan. Dalam penjelasan Bu Wati mengatakan bahwa gender merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan melalui konstruksi sosial, gender sangat erat kaitanya dengan kultur yang ada pada laki-laki dan perempuan. Namun gender berbeda dengan seks, seks sendiri merupakan istilah untuk pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan bersifat “given”, melekat pada jenis kelamin tertentu. Untuk meng-emphasize semua itu, bu Wati kemudian memberikan audiens gambar gender tree yang kembali menjelaskan bahwa gender merupakan hasil dari kebudayaan yang diajarkan melalui interaksi sosial. gender is made, bersifat dinamis dan dapat diubah. Sementara sex merupakan bagian biologis yang sifatnya mutlak, pemberian tuhan. Pada hakikatnya seks tidak dapat diubah, kecuali dengan adanya perkembangan teknologi seperti sekarang.

Selanjutnya, acara kemudian masuk ke sesi pembicara 3 yang diisi oleh Rebeca Amelia selaku Analis Layanan Informasi & Kesadaran Publik di Komnas HAM RI. Pada sesi awal Rebeca langsung memperkenalkan istilah yang tidak cukup umum dalam lingkup gender, yaitu SOGIE singkatan dari sex, orientation, gender identity, dan expression gender. Rebeca mengatakan penting untuk kita mengenal SOGIE untuk memahami kompleksitas isu gender. Seperti yang kita tahu sex merupakan hal yang bersifat kodrat, seperti penis, buah zakar, dan sperma. Rebeca menjelaskan selain ketiga itu, manusia terlahir juga dengan kromosom, XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan. Namun dibalik itu semua, ada pula manusia yang terlahir dengan kromosom berbeda yang menjadikan ia berbeda. Rebeca mengatakan hal ini penting kita pahami karena pada dasarnya beberapa manusia “berbeda” bukan karena keputusannya, namun karena memang terlahir seperti itu. Satu hal yang menjadi poin highlight Rebeca ialah, seks dapat berubah di meja operasi namun tidak dengan fungsinya. Sementara berbeda dengan gender yang begitu dinamis, gender tercipta dari adanya budaya, agama, teknologi, konstruksi masyarakat, dan lain-lain. Pada umumnya bagi laki-laki, gendernya harus bersifat gagah, kuat, pencari nafkah, dan sebagainya. Sementara bagi perempuan, mereka haruslah seseorang yang mengerjakan urusan domestik, feminin, lemah, emosional, cantik, dan sebagainya. Padahal itu semua bisa dipertukarkan. Selanjutnya Rebecca menjelaskan bahwa masing-masing manusia sebenarnya memiliki orientasi seksual yang bermacam, diantaranya seperti heteroseksual, biseksual, homoseksual, dan panseksual. Lalu tak lupa, Rebecca juga menjelaskan mengenai identity gender yang terbagi atas laki-laki, perempuan, transgender, queer, dan non-binary. Selanjutnya Rebecca menjelaskan mengenai ketidaksetaraan gender mempengaruhi kualitas kehidupan sosial. Contohnya seperti marginalisasi, konstruksi sosial memandang bahwa wanita merupakan sosok yang irrasional, unstable, emosional dan semacamnya. Hal ini yang kemudian menjadikan wanita akan sulit untuk menempati posisi strategis dalam sebuah pekerjaan, yang mana kemudian ini berdampak pada kondisi ekonomi. Selain menjelaskan kondisi gender dan seks secara sosial, Rebecca pun membahasnya melalui sisi hukum. Berdasarkan prinsip universal, “semua orang di dunia memiliki hak yang sama, tidak dibedakan karena setiap manusia lahir dengan kemerdekaan dan martabat yang sama dalam hak”. Pada poin akhir, Rebecca menyampaikan bahwa sebenarnya di Indonesia telah ada pengakuan ragam gender yang berasal dari suku Bugis yang biasa dikenal dengan calabai, calalai, dan bissu.

Setelah sesi pembicara selesai, agenda kemudian masuk ke sesi diskusi. Pertanyaan kemudian bermunculan, diantaranya ditujukan kepada Rebecca mengenai bagaimana cara kita menangani atau memberi pendekatan kepada seseorang mengenai banci atau bencong yang sering dianggap guyon. Rebecca kemudian menjawab bahwa sebenarnya banci merupakan sebuah profesi, berbeda dengan transgender yang memang merupakan lahir dari jati diri atau keinginan diri sendiri. Hal inilah yang kemudian perlu dipahami, bahwa sebutan banci/waria yang terkadang bersifat offensive itu berbeda dengan transgender. Tak luput, pada satu bagian Bu Budiawati kemudian menambahkan bahwa banyak dari transgender memilih berubah bukan hanya sekedar karena gaya hidup, melainkan banyak sekali persoalan-persoalan sosial yang harus mereka hadapi, dan tentunya banyak pula pertimbangan yang telah mereka ukur, jadi biarkanlah “transgender” menjadi urusan mereka masing-masing.

Intisari Sesi Diskusi Bedah Film “Jemari yang Menari di atas Luka Luka”:

  • Gender dan Seks merupakan dua hal yang berbeda
  • Gender lahir dari konstruksi sosial, bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu – waktu
  • Seks merupakan hal yang kodrat, biologis, dan tidak dapat diubah. Sekalinya dirubah di atas meja operasi, tidak akan bisa mengubah fungsinya.
  • Pemahaman mengenai SOGIE (sexual, orientation, gender identity, dan expression gender) diperlukan untuk lebih memahami gender.
  • Ketidaksetaraan gender telah banyak membawa dampak negatif, diantaranya seperti marginalisasi, double burden, subordinasi, dan violence.

Sudah Siapkah Pemuda Indonesia Menyambut Generasi Emas 2045?

“Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini banyak anak yang putus sekolah.”

Ditulis oleh: Cicin Yulianti

Begitulah kurang lebih pernyataan yang dikemukakan oleh Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Samto, terkait pendidikan saat ini. Pernyataan tersebut bukanlah hal baru yang kita tahu karena sudah lama pendidikan di Indonesia jelas belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Terlebih kondisi pandemi Covid-19 malah memperparah kondisi pendidikan saat ini. Tidak sedikit murid yang tak bisa belajar karena keterbatasan gawai atau koneksi internet. Ditambah masalah pemindahtanganan pekerjaan rumah (PR) murid yang akhirnya dikerjakan oleh orang tua. Hal tersebut memang sangat memprihatinkan karena lagi-lagi menggambarkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia malah membuat ibu rumah tangga komat-kamit dan tepuk jidat menghadapinya.

Tugas pemerintah saat ini memanglah berat dalam menghadapi permasalahan pendidikan bagi anak muda. Apalagi melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2020, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia hari ini didominasi oleh usia muda. Adapun generasi yang mendominasi dari keseluruhan jumlah tersebut adalah generasi Z sebanyak 27,94 %  lalu diikuti oleh generasi milenial sebanyak  25,87% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272.229.372 jiwa. 

Angka-angka di atas membawa kita pada sebuah fakta bahwa Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi. Artinya, Indonesia memiliki potensi besar kedepannya dalam memaksimalkan pembangunan nasional lewat penduduknya yang berusia produktif. Hal tersebut selaras dengan gagasan negara Indonesia tentang Generasi Emas 2045. Generasi Emas 2045 sendiri menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia di tahun 2045, di mana Indonesia genap berusia 100 tahun dan memiliki taraf  hidup yang lebih sejahtera. Oleh karena itu, semua aspek yang berhubungan dengan pendidikan sebagai penentu peradaban sangat perlu diperhatikan untuk mewujudkan gagasan tersebut, tanpa terkecuali.

Pendidikan Adalah Inti Kehidupan

Berbicara soal pemuda, maka tak jauh dengan pendidikan sebagai penentu karakter dan intelektual mereka. Berhasil atau tidaknya pendidikan menjadi kontribusi yang besar dalam tercapainya pembangunan nasional. Arah terpenuhinya kebutuhan pendidikan pun sudah tertuang dalam Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sasaran dari perpres tersebut adalah menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.  Namun pertanyaannya, bagaimana pendidikan sangat menentukan tercapainya Generasi Emas 2045?

Maju atau tidaknya peradaban sebuah negara sangat tergantung pada kapasitas pendidikan yang dimiliki oleh warganya. Di Indonesia, sistem pendidikan sudah mulai dirancang sedemikian rupa, namun nyatanya belum juga menyeluruh. Hal tersebut terbukti dari hasil riset Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih ada di peringkat ke-7 paling bawah, di mana total negara yang disurvei berjumlah 78 negara. Indonesia menduduki peringkat ke-72 dalam kualitas Membaca, peringkat ke-72 untuk bidang Matematika, dan peringkat ke-70 untuk kompetensi Sains.

Data di atas cukup mengejutkan karena dalam pandangan masyarakat awam, pendidikan bisa saja sudah terlihat mumpuni. Terlebih bagi kebanyakan warga kota yang di mana kualitas pendidikannya sudah lebih maju dibanding pedesaan. Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan memiliki target capaian dalam pemerataan pendidikan.  Data dari PBB pun memperkirakan bahwa pada tahun 2045 terdapat sekitar 69,1% penduduk yang tinggal di perkotaan.

Kita pun tak bisa menutup mata dari sistem pendidikan negara Finlandia yang digadang-gadang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Jika dibandingkan dengan pendidikan Indonesia saat ini, jelas bahwa Indonesia masih jauh tertinggal. Kejamnya pendidikan Indonesia pun masih dialami oleh pemuda di mana mereka merasa tak bisa menemukan jati dirinya lewat pendidikan. Pelajar Indonesia masih merasa bersalah ketika berbeda dengan orang lain. Anak pintar masih saja distereotipkan lewat anak yang nilai Matematika-nya bagus atau menjadi juara olimpiade Sains.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi menuju arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Ketika masih banyak pemuda yang memiliki kecerdasan di bidang seni dan olahraga namun potensinya masih dianggap kalah oleh pemuda yang memiliki prestasi dibidang akademik, maka pendidikan di Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Padahal masalah kemerdekaan dalam pendidikan seharusnya selaras dengan kemerdekaan Indonesia yang ke-100 di tahun 2045.

Konsep Pendidikan Modern

Berdasarkan data PBB, pertumbuhan penduduk dunia akan berfokus pada sembilan negara yakni Amerika Serikat, Pakistan, Nigeria, India, Tanzania, Ethiopia, Republik Demokratik Kongo, Uganda, dan Indonesia. Indonesia pun diprediksi akan masuk ke dalam 5 besar negara dengan ekonomi terbesar dan memiliki bonus demografi dalam pertumbuhan ekonomi. Tentunya, prediksi tersebut tidak boleh disia-siakan dan berakhir menjadi wacana saja. 

Tak tanggung-tanggung, menyikapi prediksi tersebut, Presiden Jokowi menargetkan Indonesia pada tahun 2045 bisa menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya sistem pendidikan yang dianut negara-negara maju menjadi kiblat yang wajib dikaji oleh pemerintah Indonesia. Sebut saja Amerika, Inggris, Jerman, Finlandia, Perancis, negara-negara tersebut sudah memiliki sistem pendidikan yang tak bisa diragukan lagi. Oleh karena itu, kita pun harus sudah mulai meniru pola pendidikan di negara-negara modern tersebut.

Jejak pandemi sebenarnya bisa dijadikan modal dalam menyokong pendidikan modern menghadapi industri 4.0. Pelajar di Indonesia sudah mulai menerapkan sistem E-Learning, namun nyatanya masih banyak yang mengutamakan E-nya dibanding Learning-nya. Tools-nya sudah mendukung, namun sistem pembelajarannya masih berlangsung konvensional.  Selain itu, pandemi seharusnya mengajarkan pelajar untuk mulai terbiasa dengan konsep Blended Learning. Dalam mendorong negara-negara menjadi maju,konsep belajar blended learning bisa menjadikan pelajar lebih mandiri, leluasa, dan lebih efisien dalam mengakses modul pembelajaran. 

Untuk memaksimalkan penerapan pendidikan modern, maka Indonesia mesti mengikuti beberapa cara yang sudah diterapkan oleh negara maju mulai dari Finlandia hingga Amerika. Berikut gambaran pendidikan di beberapa negara maju yang harus mulai diterapkan oleh Indonesia menghadapi momen emas 2045:

  1. Setiap anak berhak atas pendidikan gratis yang inklusif. 
  2. Pembelajaran harus  dipersonalisasi  dalam menggali bakat dan potensi pelajar sehingga tidak masuk lagi ke dalam lingkaran stereotip  bahwa anak cerdas hanyalah anak yang pintar Sains saja.
  3. Menerapkan ujian standarisasi dengan metode kualitatif sehingga bisa berfokus pada kemampuan masing-masing anak dibandingkan metode menghafal yang mengacu pada kuantitatif.
  4. Tenaga pendidik bukan hanya dibekali kemampuan mengajar kognitif namun juga kemampuan memahami psikologi murid.
  5. Kapasitas kelas harus lebih leluasa dalam artian tidak lebih dari 30 murid agar fokus guru tidak pecah.
  6. Murid diberikan keleluasaan memilih mata pelajaran pilihan sesuai dengan minatnya seperti dalam bidang atletik,teknologi, bahasa, seni, sastra atau lainnya. 

Tidak Ada yang Salah Dengan Mencuci Raw Denim

Ditulis oleh: Luthfa Arisyi

Mungkin kalian sudah sering mendengar istilah raw denim. Ya, sesuai dengan namanya, raw denim bisa diartikan sebagai bahan denim yang ‘mentah’ karena dalam proses pembuatannya tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu. Jadi, setelah diambil dari mesin tenun, bahan denim langsung dijahit untuk dijadikan celana atau jaket. Jins yang menggunakan bahan raw denim biasanya dapat dicirikan dengan warnanya yang gelap, tekstur bahan yang keras dan kaku, 

Di Indonesia sendiri, penggunaan jeans berbahan raw denim sudah marak sejak beberapa tahun terakhir. Banyak alasan kenapa akhirnya seseorang memutuskan untuk menggunakan raw denim, Alasan paling utama adalah karena experience yang hanya bisa didapat ketika menggunakan raw denim, yaitu warna dari raw denim yang bisa memudar seiring pemakaian atau yang biasa disebut dengan fading. Oleh karena itu, raw denim dapat menghasilkan pola kerutan yang unik di beberapa titik, khususnya titik yang sering mengalami gesekan, seperti di bagian belakang lutut. 

Pola kerutan pada raw denim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kualitas kain atau fabric, pewarna yang digunakan, tingkat ketebalan kain, dan tentunya intensitas pemakaian penggunanya. Oleh karena itu, pola kerutan yang dimiliki tiap pengguna raw denim akan berbeda dan menjadi unik karena faktor-faktor di atas. Ada satu faktor lagi yang menurut kebanyakan orang sangat berpengaruh pada pemudaran warna jeans, yaitu pencucian.

Menurut beberapa orang, haram hukumnya untuk mencuci jeans, bahkan jika hanya terkena air sedikit. Hal tersebut dinilai dapat merusak kain dan warna jeans. Selain itu, mencuci jeans juga dinilai dapat merusak pola kerutan yang nantinya akan dihasilkan. Tidak heran makanya jika ada orang yang tidak mencuci jeansnya selama enam bulan, satu tahun, atau bahkan tidak pernah dicuci seumur hidup. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan hal itu. 

Hal yang ingin saya bahas di sini adalah, pola pikir orang-orang ketika akhirnya memutuskan untuk menggunakan jeans berbahan raw denim dan bagaimana mereka memperlakukan jeansnya. Kebanyakan orang menggunakan raw denim untuk mencari pola kerutan yang dihasilkan dari pemakaiannya. Dengan begitu, mereka akan menggunakan jeansnya setiap hari dan kebanyakan tidak akan mencucinya dalam waktu yang lama. Mereka akan memperlakukan jinsnya selayaknya seorang raja yang tidak boleh tersentuh air, kotoran, atau apa pun itu. Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun, pertanyaannya adalah apakah nyaman menggunakan jins yang tidak dicuci dalam waktu lama, terkena keringat, debu, dan lain sebagainya?

Saya pribadi menganggap fading atau pola kerutan pada jeans sebagai bonus yang saya dapatkan ketika menggunakan raw denim. Hal utama yang saya pikirkan ketika membeli jeans berbahan raw denim, khususnya celana adalah ukuran yang pas dan kecocokan dengan bentuk kaki saya. Mengingat bahannya yang kaku dan keras, sangat penting bagi kita untuk memperhatikan ukuran dan kecocokan dengan bentuk tubuh. Salah ukuran sedikit, jins tidak akan terasa nyaman ketika dikenakan.

Selain itu, saya juga tidak masalah jika harus mengenakan jeans di tengah-tengah hujan atau harus mengenakan jins saya ke tempat-tempat yang kotor. Hei, ini cuma celana! Jika kotor atau sudah terasa tidak nyaman tinggal dicuci. Jika sudah terasa bau karena terkena keringat juga tinggal dicuci, kok. Pakaian diciptakan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya, bukan jadinya memberikan perasaan tidak enak ketika mengenakannya. Memang dalam mencuci jeans berbahan raw denim juga tidak bisa sembarangan. Ada teknik khusus yang harus dilakukan jika ingin mempertahankan pola kerutan yang sudah mulai timbul. Tetapi balik lagi, tidak ada yang salah dengan mencuci jeans jika memang dirasa sudah tidak nyaman. Toh ini juga cuma celana.

Sekali lagi, saya tidak menyalahkan pola pikir orang-orang dan bagaimana mereka memperlakukan jeansnya. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk berpakaian dan memperlakukan pakaiannya. Tingkat kenyamanan setiap orang tentunya berbeda-beda dan cara untuk memperoleh kenyamanan itu kembali lagi ke diri masing-masing orang.

Sebuah Pengantar Menuju Dunia Alternative Universe

Ditulis oleh Shobihatunnisa Akmalia

Dilansir dari detik.com Alternative Universe atau biasa disingkat AU adalah suatu cerita yang ditulis dengan dimensi yang berbeda dari asalnya atau yang seharusnya. Istilah AU ini sering digunakan oleh para fans baik fans Kpop, Cpop, Thailand, Western, bahkan karakter anime untuk membuat cerita. Saat ini, AU menjadi trend dikalangan remaja karena sesuatu yang unik dan banyak cerita AU yang relate dengan kehidupan remaja.

Jenis AU yang saat ini menjadi trend dan digemari remaja adalah socmed AU. Socmed AU ini AU yang berlatar di media sosial dan berisi tentang sebuah percakapan melalui fitur chatting dan tampilannya dapat berbentuk room chat WhatsApp atau thread sebuah tweet di Twitter. Selain itu, ada juga AU yang berbentuk narasi seperti cerita-cerita biasanya. Selain jenisnya yang unik, genre-genre yang bisa ditemukan dalam AU itu beragam dan sama seperti cerita/cerpen lainnya. Ada genre horor, romantis, komedi, romance-comedy, dan angst (genre yang menguras emosi).

Twitter menjadi platform yang mainstream digunakan dalam pembuatan atau pembacaan AU. banyak karya yang sudah lahir dan diterbitkan dari AU-AU yang berada di Twitter. Selain Twitter, banyak platform lain yang biasanya digunakan dalam membuat dan membaca AU, yaitu Wattpad, Write.as, Privatter, Ao3, dan lain-lain.

Referensi

Anjani, R. (2021, Mei 05). Arti AU dan Istilah-istilah Lain yang Dipakai Anak Zaman Now di Twitter. detik.com. https://wolipop.detik.com/entertainment-news/d-5558805/arti-au-dan-istilah-istilah-lain-yang-dipakai-anak-zaman-now-di-twitter

“Baiknya Layani Kami Saja Dulu, Tuan”: Sebuah Esai Penolakan terhadap Indonesia Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Pada perhelatan Olimpiade 1920, seorang bapak-bapak berujar, “saya ingin membuat perhelatan sepakbola bertaraf internasional.” Sepertinya, si bapak adalah orang baik yang Tuhan selalu kabulkan doanya karena setahun setelahnya, ia ditunjuk menjadi presiden organisasi sepakbola bertaraf internasional. Sembilan tahun setelah penunjukannya, perlombaan bal-balan impiannya diwujudkan di Uruguay. Demi menghargai kontribusinya, nama si bapak diabadikan menjadi nama trofi kompetisi tersebut.

Sejak itu, lomba ini diadakan 4 tahun sekali dan menjadi kompetisi sepakbola dengan prestise tertinggi seantero dunia. Perlombaan ini adalah Lebaran Haji, dengan stadion sebagai Ka’bah, pemain sebagai jamaah, dan trofi sebagai hajar aswad. Mereka yang berhasil mencium si hajar aswad akan dianggap telah tuntas jasanya di dunia dan dipersilahkan pulang menuju surga.

Si bapak kini telah tiada, tapi arwahnya tetap berkeliling mengawasi perlombaan ciptaannya berlangsung dalam bentuk sebuah trofi. “Ke mana lagi, ya, tahun depan?” Kata Jules Rimet.

***

Australia punya ambisi besar untuk mengundang Jules Rimet ke negaranya. Setelah kegagalan untuk menyelenggarakan Piala Dunia untuk tahun 2022, kini mereka berambisi untuk mengajukan diri untuk kompetisi edisi 2034. Namun, sang Negara Kangguru tak ingin sendiri menjadi tuan rumah. Mereka memiliki beberapa rencana kandidat yang akan diajak bekerja sama. Mereka berencana mengajak Si Kiwi—Selandia Baru, dan Si Komodo—Indonesia.

Indonesia! Negara dengan 34 provinsi ini hendak diajak Australia menjadi tuan rumah Piala Dunia! Kylian Mbappe terkena macet di Fatmawati, Haaland terjebak banjir di Buahbatu! Siapa yang tak ingin?

Yah, sepertinya saya, dan semoga, teman-teman sekalian yang membaca.

***

Yunus Nusi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), menyatakan ketertarikannya. “Kami sangat tertarik dengan tawaran tersebut. Itu merupakan momentum terbaik untuk Indonesia.” Ujarnya pada 16 Agustus 2021.

Momentum untuk siapa, Tuan?

***

Sebagai sebuah awalan, tulisan ini akan sangat berkiblat pada buku Soccernomics karya Simon Kuper dan Szymanski, sebuah buku yang saya sangat rekomendasikan baca kepada kalian yang tertarik untuk mempelajari sepakbola melalui perspektif statistik.

***

Penyelenggaraan Piala Dunia selalu dianggap sebagai suatu anugerah kepada sang negara tuan rumah. Bayangan angka-angka dalam tabel ekonomi akan naik, bule-bule dari berbagai negara datang dengan mental siap untuk menghabiskan uangnya, serta wajah-wajah pribumi tersenyum sumringah.

Sayangnya, seringkali hanya satu bayangan yang terwujudkan.

Pertama, untung secara ekonomi jarang kali terjadi, seringnya malah buntung, mengingat adanya stadion baru yang akan dibangun. Berkaca pada Piala Dunia 2022 di Qatar membutuhkan 8 stadion dengan kualitas yang sesuai untuk Piala Dunia. Alhamdulillah, menurut indosport.com, Indonesia sudah mempunyai 8 stadion yang berstandar FIFA. Namun, mengingat artikel tersebut ditulis pada tahun 2019 dan beberapa dari stadion tersebut masih dalam proses perampungan atau sudah lama tidak digunakan sehingga membutuhkan renovasi.

Berdasarkan hal tersebut, tentu lapangan pekerjaan akan dibuka. Bedeng akan dibangun di depan Stadion Utama Riau untuk tempat tinggal sementara para tukang bangunan, warung-warung makanan akan banyak dibuka, perumahan-perumahan akan dibangun dekat stadion, dan jangan dilupakan pembangunan akses yang meliputi jalan raya, hotel, dan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan. Tentu saja, menggunakan mata telanjang, hal ini adalah penyerap tenaga kerja dan akomodasi kehidupan sehari-hari yang baik sehingga peluang untuk angka ekonomi negara akan naik.

Ternyata, berkaca pada fenomena masa lalu, kenyataannya tak begitu. 

Polandia, salah satu tuan rumah untuk Piala Euro 2012—perhelatan sepakbola antar negara Eropa, sepertinya sepadan untuk dibandingkan dengan Indonesia. Selain bendera antar negara yang hanya dibalik-balik saja, kedua negara (meski Indonesia masih calon) juga menjadi “setengah” tuan rumah untuk perhelatan perlombaan sepakbola berprestise tinggi.

UEFA—federasi sepakbola benua Eropa, meminta kepada Polandia untuk membangun bandara, hotel bintang lima, dan tentu saja, stadion baru. Hal ini menyebabkan Polandia menghabiskan 10 miliar Dollar Amerika Serikat untuk membangun permintaan “si-anak-cengeng-UEFA”. Memang, beberapa infrastruktur yang dibangun masih digunakan, namun kebanyakan—stadion baru yang megah, jalan-jalan baru, hotel-hotel yang memanjakan, dan bandara di kota kecil yang mengantuk—bukanlah sesuatu dengan tingkat urgensi yang tinggi. 

Saya tak tahu situasi nyata di lapangan, namun sepertinya, masyarakat di Sleman belum membutuhkan banyak hotel bintang lima; orang-orang Kutai Kartanegara belum membutuhkan bandara yang pernah disambangi oleh Bukayo Saka. Orang-orang sepertinya lebih membutuhkan pekerjaan dan beras dibandingkan stadion mewah yang sepertinya tak akan dapat mereka injak rumputnya.

Afrika Selatan menjanjikan pergelaran Piala Dunia dengan harga yang “murah”, dengan budget sebesar “hanya” 170 juta Dollar Amerika Serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, “anak-yang-tak-kalah-cengeng-bernama-FIFA” meminta ini, meminta itu, sehingga biaya yang dibutuhkan membengkak 10 kali lipatnya. Hal ini dibarengi dengan proposal Piala Dunia awal yang orisinil dari Afrika Selatan “hilang”. Sebagai sesama negara berkembang, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi “Afrika Selatan kedua”.

Begitu pula dalam hal tenaga kerja. Mereka hanya akan dibutuhkan sesuai dengan periode Piala Dunia: 4 tahun sekali. Mengintip Piala Euro 1996, sebuah penelitian yang diadakan oleh Liverpool University mencoba mengetahui angka lowongan pekerjaan baru yang disebabkan oleh perlombaan dengan banyak pemain kelas dunia ini. Hasilnya? Hanya ada 30 peluang pekerjaan baru yang dibuka dengan semuanya hanya bersifat temporer.

Selain itu, satu hal yang perlu diingat: semua pembangunan ini membutuhkan uang. Dari mana uang tersebut berasal? Tentu saja APBN/APBD. Hal ini mengindikasikan, pajak-pajak yang dibayarkan oleh (orang tua) kita untuk pendidikan dan kesehatan bangsa, akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur Piala Dunia. 

Baiknya, kenyang dan cerdaskan kami saja dulu, Tuan, dibandingkan membangun stadion baru.

***

Selanjutnya, stigma bahwa angka turis akan meningkat.

Ratusan pemain kualitas dunia akan berkumpul di satu negara akan diikuti dengan hadirnya puluhan ribu penonton sepakbola. Begitu, bayangannya.

Pada perhelatan Olimpiade 2004, salah satu perlombaan terbesar taraf internasional, mencatatkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara mereka turun sebesar 10 persen. Hal ini wajar terjadi. Coba bayangkan, kalau anda bukan seorang penikmat sepakbola yang lelah dengan aktivitas rutin harian, yang berisikan pekerjaan menumpuk dan atasan yang pendapatnya suka bikin muka anda tertekuk. Anda akan lebih memilih mana: rebahan di pantai dengan es kelapa di samping atau mengantre sejam bersama puluhan ribu orang lainnya untuk menyaksikan 90 menit pertandingan yang membosankan? Sekali lagi, kalau anda bukan penikmat sepakbola.

Lalu, pada Piala Dunia 2006 di Jerman, hanya 51 persen dari seluruh wisatawan asing yang memiliki tujuan utama untuk menonton sepakbola. Menariknya, setengah dari angka tersebut adalah ekspat Jerman dari luar negeri. Tanpa Piala Dunia pun, suatu saat mereka akan pulang ke tanah airnya. Hal ini pun mengindikasikan, “hanya” sekitar 25 persen wisatawan non-Jerman yang datang untuk menonton Piala Dunia. Kalau berharap Stadion Gelora Bandung Lautan Api akan dipenuhi bule-bule Eropa dan Amerika Latin, sebagai peringatan, jangan kecewa kalau yang datang hanya akang-akang biasa seperti saya.

Angka wisatawan akan melonjak? Sepertinya utang negara yang melonjak, Tuan.

***

Satu-satunya stigma yang tepat adalah senyum para warga lokal.

Simon Kuper, salah satu penulis Soccernomics, datang ke Jerman untuk perhelatan Piala Dunia 2006. Ia mengunjungi jalan tempat tinggalnya pada masa kecil, yang 15 tahun lalu terkesan suram dan para penduduk bahkan tak berbicara satu sama lain, kini berisikan warna-warni dari negara-negara partisipan yang dipasang di tiap gedung dan seluruh warga memiliki rona wajah yang cerah.

Berkaca pada perlombaan-perlombaan dahulu, menjadi tuan rumah suatu acara olahraga besar memiliki tendensi untuk membuat warganya menjadi lebih bahagia. Analogi yang tepat adalah “anda mengadakan pesta bukan untuk mendapatkan uang, tapi untuk membuat anda senang.”

Untuk mengadakan sebuah Piala Dunia, baiknya mempunyai “uang dingin” yang dalam kamus investasi memiliki arti “porsi uang yang tidak dibutuhkan dalam waktu dekat”. Oleh karena itu, Jerman dapat menghabiskan uang untuk membuat warganya senang, berbeda dengan Brazil yang malah mendapatkan aksi demonstrasi penolakan Piala Dunia dari rakyatnya. Negara maju (tentu saja) lebih baik dan mampu untuk mengadakan Piala Dunia dibandingkan negara dunia ketiga.

Tuan, kalau memang kita punya “uang dingin” yang bisa digunakan untuk menggelar pesta semarak, kenapa perut kami terasa kosong, Tuan?

***

Tak menyebutkan hal-hal seperti kasus kekerasan pada tukang bangunan untuk Piala Dunia 2022 di Qatar, gerakan anti-stadion di Amerika Serikat, dan fenomena lainnya, saya rasa ketiga hal di atas yang saya jabarkan dapat menggambarkan kenapa Indonesia belum bisa jadi tuan rumah Piala Dunia 2034, Tuan.

Memang, Piala Dunia akan mampu membuat kami senang. Namun, sepertinya ada cara lain yang lebih efisien untuk membuat kami senang, Tuan.

Memang, Piala Dunia akan membuat turis-turis datang, tapi sepertinya uang untuk membangun hotel lebih baik digunakan untuk mengelola sektor pariwisata kami agar dapat lebih bertahan lama, Tuan.

Memang, stadion Piala Dunia akan menjadi suatu kebanggaan bagi kami, tapi sepertinya uang pembangunannya akan lebih berguna dalam rupa bantuan sosial untuk kami, Tuan.

Daripada melayani tuan-tuan baik dari Inggris, Brazil, Argentina, dan lain-lain, baiknya layani kami dulu, para penjaga rumahmu, Tuan. Layani kami, Tuan.

Daftar Pustaka

Kuper, S., & Szymanski, S. (2014). Soccernomics : why England loses, why Germany and Brazil win, and why the U.S., Japan, Australia, Turkey and even India are destined to become the kings of the world’s most popular sport. New York: Nation Books.

Ranala, A. (2019, April 23). Stadion di Indonesia yang Memenuhi Regulasi FIFA untuk Menggelar Piala Dunia. Retrieved from Indosport: https://www.indosport.com/sepakbola/20190423/stadion-di-indonesia-yang-memenuhi-regulasi-fifa-untuk-piala-dunia/stadion-di-indonesia-yang-memenuhi-syaratThe Editors of Encyclopaedia Britannica. (2021, August 19). World Cup. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/sports/World-Cup-football

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel dan Palestine pada Kompas dan Pikiran Rakyat

I. Pendahuluan

Konflik memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu kelompok. Konflik merupakan permasalasymbhan sosial yang dihadapi banyak negara, namun penyebabnya mungkin hanya diakibatkan oleh hal yang sifatnya tidak terlalu penting. Keberadaan konflik berdampak pada hancurnya sarana dan prasarana dalam suatu negara, serta munculnya berbagai suasana psikologis yang tidak kondusif untuk hidup secara berdampingan.

Konflik dapat terjadi ketika ada pertemuan antara dua kelompok yang berbeda. Kemudian, akan terjadi interaksi antar kelompok tersebut, baik secara fisik maupun lambang atau simbol-simbol. Adakalanya interaksi tersebut berakhir pada pertentangan. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan dalam kelompok tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut dapat berakhir pada perebutan wilayah di antara dua kelompok tersebut untuk dapat memperkuat kedudukan mereka sebagai sebuah komunitas.

Konflik Israel-Palestina adalah konflik perebutan wilayah. Konflik ini telah lama berlangsung di wilayah Timur Tengah. Konflik antara Israel dan Palestina telah mencuri perhatian mata dunia, sehingga dunia internasional menjadikan peristiwa ini sebagai isu hangat yang pantas untuk dibicarakan untuk menemukan jalan keluar.

Media di seluruh dunia berlomba-lomba memberitakan konflik ini, terlebih pada tahun 2021 konflik ini kembali memanas. Banyak nilai berita yang telah terpenuhi dalam konflik ini, dari segi nilai berita magnitude, konflik ini telah memakan banyak korban jiwa. Nilai berita human interest juga telah dipenuhi dalam konflik ini, dimana orang yang mengonsumsi berita ini akan merasa tersentuh emosi dan empatinya. Selain itu, nilai berita konflik telah terpenuhi karena ada dua belah pihak yang sedang bertikai, sedangkan dari nilai berita proximity, semua orang telah menyaksikan dan mengetahui konflik ini, secara tidak langsung secara psikologis semua orang akan memiliki keterikatan pikiran dan perasaan dengan objek berita tersebut.

Walaupun semua nilai berita telah terpenuhi dalam berita ini, masyarakat tetap memiliki perbedaan pendapat terhadap adanya konflik ini. Perbedaan pendapat ini sangat dipengaruhi oleh media-media yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Meskipun media telah menaati kode etik jurnalistik dengan ketat, mereka masih dapat menggiring opini publik dengan cara pembingkaian suatu berita yang akan dikonsumsi oleh publik.

Berdasarkan analisis tersebut, tim penulis hendak melihat bingkai yang digunakan oleh Kompas dan Pikiran Rakyat dalam membingkai berita konflik Israel dan Palestina.

Analisis framing ini berangkat dari teori konstruksi sosial yang pertama kali diperkenalkan oleh Peter L Berger bersama dengan Thomas Luckman. Dalam teorinya dinyatakan bahwa realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga merupakan sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Akan tetapi merupakan sebuah bentuk dan dikonstruksi. Hal ini menjadikan sebuah realitas bisa bermakna ganda. Ini berarti bahwa setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.

Robert N. Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen, yaitu: Define Problems, Diagnose Cause, Make Moral Judgement, dan Treatment Recommendation.

II. Pembahasan

Hasil analisis masalah pada berita  Kompas.id  tanggal 14 Mei 2021 dengan judul: Konflik Israel-Palestina Memanas di Tepi Barat, 4 Tewas 100 Luka-luka

Define Problems. Berita ini masih merupakan kelanjutan berita sebelumnya yaitu mengenai serangan  Pembalasan Polisi Israel terhadap Palestina. Permasalahan berita ini juga bisa dilihat dari leadnya berikut ini:

Sebanyak empat warga Palestina tewas ditembak Israel di Tepi Barat pada Jumat (14/5/2021), termasuk satu orang yang berusaha menikam seorang tentara. Bentrok Israel-Palestina yang memanas di Tepi Barat ini juga membuat lebih dari 100 orang luka-luka di wilayah tersebut. Kerusuhan terbaru di Tepi Barat terjadi setelah Israel menanggapi serangan kelompok bersenjata di Gaza.

Diagnoses Causes.  Penyebab masalah yang dibingkai oleh Kompas pada berita ini adalah Hamas yang yang menguasai wilayah Tepi Barat menembakkan roket-roket ke arah Yerusalem dan warga palestina yang menikam salah satu seorang tentara di pos militer Ofra. Seperti yang terlihat pada kutipan beritanya di bawah ini:

 Bentrokan terjadi setiap hari di Tepi Barat sejak Senin (10/5/2021), setelah Hamas yang menguasai wilayah itu menembakkan roket-roket ke arah Yerusalem. Tentara Israel mengatakan, mereka melumpuhkan seorang penyerang yang berusaha menikam seorang tentara di pos militer Ofra, utara Ramallah. Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kematian pria itu, dan pria kedua yang dikatakan ditembak mati oleh pasukan Israel di dekat Jenin.

Make Moral Judgement. Penilaian moral dalam berita ini sekali lagi dijatuhkan kepada Israel, yang melanjutkan pemboman untuk membalas tembakan roket dari Palestina yang menewaskan 4 orang warga Palestina dan 100 luka-luka.

Konflik di Gaza juga masih berkecamuk pada Jumat. Pasukan Israel melanjutkan pemboman untuk membalas tembakan roket dari Palestina. Israel juga melakukan serangan udara dan artileri terhadap lebih dari 600 target di Gaza.

Treatment Recommendation. Saran penyelesaian masalah yang dibingkai oleh Kompas pada berita ini adalah adanya gencatan senjata di antara kedua belah pihak untuk menghentikan perang yang semakin memanas di Tepi Barat ini.

Tabel. 1  Konflik Israel-Palestina Memanas di Tepi Barat, 4 Tewas 100 Luka-luka

Define ProblemsSerangan Pembalasan Terhadap Palestina
Diagnoses CausesHamas
Make Moral JudgementIsrael yang melanjutkan pemboman untuk membalas  tembakan roket dari Palestina
Treatment RecommendationGencatan Senjata dari Kedua Belah Pihak
  • Hasil analisis masalah pada berita Kompas.id  tanggal 12 Mei 2021 dengan judul:  Israel-Palestina Dikhawatirkan Menuju Peperangan  

Define Problems. Berita ini masih merupakan kelanjutan berita sebelumnya yaitu mengenai Serangan antara Hamas dan tentara Israel yang terus meluas. Permasalahan berita ini juga bisa dilihat dari leadnya berikut ini:

Konflik antara Israel dan Palestina terus bereskalasi dalam tiga hari terakhir. Baku serang antara Hamas dan tentara Israel yang berkepanjangan dan meluas dikhawatirkan mengarah pada perang total dan terbuka.

Diagnoses Causes.  Penyebab masalah yang dibingkai oleh Kompas pada berita ini adalahIsrael yang melakukan serangan hujan roket di jalur Gaza, Perbatasan Israel dan Palestina dan Hames melakukan serangan balik kearah Jerusalem. seperti yang terlihat pada kutipan beritanya di bawah ini:

Hujan roket terjadi di jalur Gaza, perbatasan Israel dan Palestina, sejak Senin (10/5/2021), menyusul kerusuhan di kompleks Masjid Al Aqsa, Jerusalem, yang melibatkan warga Palestina dan tentara Israel. Ratusan warga Palestina dilaporkan luka-luka dalam bentrokan dengan tentara Israel tersebut.

Beberapa saat kemudian, Hamas, organisasi yang menguasai Jalur Gaza, meluncurkan roket-roket ke Jerusalem barat. Aksi ini dibalas Israel dengan serangan udara ke Gaza. Baku serang berkepanjangan pun terjadi. Hingga Rabu (12/5/2021) sore, 48 orang dikabarkan tewas. Termasuk di dalamnya adalah 14 anak-anak, 3 warga Palestina di West Bank, dan 5 warga Israel. Ratusan orang luka-luka dan kehilangan tempat tinggal.

Make Moral Judgement. Penilaian moral dalam berita ini sekali lagi dijatuhkan kepada kedua belah pihak yang saling balas-membalas serangan tanpa memikirkan jumlah  korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun, secara keseluruhan pihak Israel  lebihmembawa pengaruh besar dalam berita ini.

Treatment Recommendation. Saran penyelesaian masalah yang diberikan oleh Kompas yang dibingkai dalam berita ini adalah Adanya tanggapan dari  Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sama-sama meminta Israel dan Palestina menghentikan serangan. Apabila tidak bisa berbarengan, satu pihak harus berjiwa besar untuk berhenti menyerang dan membuka jalan bagi dialog penyelesaian konflik. Erdogan juga meminta agar negara-negara anggota PBB mau mengirim pasukan guna melindungi warga Palestina dan memastikan tidak ada kekerasan selama dialog berjalan.

Tabel. 2 Frame Israel-Palestina Dikhawatirkan Menuju Peperangan

Define ProblemsBaku serang antara Hamas dan tentara Israel yang berkepanjangan dan meluas dikhawatirkan mengarah pada perang total dan terbuka.
Diagnoses Causes.Israel
Make Moral JudgementTitik Berat Penilaian Moral ditunjukan kepaada Israel namun sebenarnya kedua belah pihak memiliki peran terhadap konflik ini
Treatment RecommendationAdanya tanggapan dari  Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sama-sama meminta Israel dan Palestina menghentikan serangan
  • Hasil analisis berita Kompas dengan judul Iran Bantu Kembangkan Senjata Hamas untuk Lawan Israel

Penyebab masalah dalam berita ini fokus pada Iran yang diduga turut serta membantu Hamas untuk melawan Israel dengan menyokong senjata kepada Hamas.

“ Dalam konflik Palestina dan Israel muncul kabar bahwa Iran membantu Hamas mengembangkan rudal mematikan untuk menyerang sasaran jarak jauh ke Israel.”

Titik penilaian moral dijatuhkan kepada Iran yang turut serta membantu Hamas memproduksi senjata untuk melawan Israel. Namun, di satu sisi penilaian moral juga dijatuhkan kepada Israel yang dalam berita tersebut turut dijelaskan bahwa Israel menyerang kelompok militan Palestina hingga menewaskan puluhan orang. Namun, dalam berita tersebut tidak dijelaskan saran terhadap bantuan tersebut.

Define ProblemsIran turut serta membantu Hamas dalam menyokong senjata untuk melawan Israel
Diagnoses CausesIran
Make Moral JudgementBantuan Iran kepada Hamas dalam melawan serangan Israel
Treatment RecommendationNihil
  • Analisis berita Kompas dengan judul Duel Kepentingan Hamas dan Netanyahu dalam Konflik Israel-Palestina 2021

Inti masalah dalam berita ini adalah adu kepentingan antara kelompok militant Palestina dengan Perdana Menteri Israel, Netanyahu. Dalam berita tersebut disebutkan Hamas mengeluarkan ultimatum yang tidak realistis dan di satu sisi, Netanyahu yang sedang mencari modal politik langsung menuduh Hamas melewati ‘garis merah’.

“Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang terpojok juga memanfaatkan momen ini untuk mencari modal politik.”

Titik penilaian moral dalam berita ini diajukan kepada dua pihak, yaitu Hamas dan Netanyahu yang sama-sama memiliki kepentingan pribadinya.

Define ProblemsAdu kepentingan antara Hamas dan Netanyahu
Diagnoses CausesHamas dan Netanyahu
Make Moral JudgementTitik penilaian moral dijatuhkan kepada dua belah pihak yang memiliki kepentingan pribadinya
Treatment RecommendationNihil
  • Analisis berita Kompas dengan judul ‘Beri Kami 10 Menit’, Detik-detik Menegangkan Sebelum Israel Ledakan Gedung Al Jazeera

Dalam berita ini analisis masalah dijatuhkan kepada Israel yang menyerang Gedung Al Jazeera. Begitupun dengan titik penilaian moral yang dijatuhkan kepada Israel, terlihat dari wawancara yang hanya diperuntukan untuk mereka yang berada di Gedung tersebut, seperti jurnalis-jurnalis di Gedung tersebut dan menjelaskan bagaimana sulitnya evakuasi manusia dalam Gedung tersebut.

“Youma Al Sayed contohnya, yang hanya memiliki waktu kurang dari satu jam untuk sampai ke tempat aman. Namun hanya ada satu lift yang berfungsi di Jala Tower, gedung 13 lantai (ada juga yang menyebut 11 lantai) di Gaza yang menampung sekitar 60 apartemen hunian dan sejumlah kantor.”

Dalam berita tersebut dijelaskan pula bahwa kantor berita Associated Press dan Al Jazeera tak pernah bersekongkol dengan kelompok militant Palestina.

Gary Pruitt presiden dan CEO AP juga berkata, “Saya beritahu Anda bahwa kami sudah di gedung itu selama sekitar 15 tahun untuk biro kami. Kami jelas tidak merasa Hamas ada di sana.”

Define ProblemsIsrael menyerang Gedung Al Jazeera
Diagnoeses CausesIsrael
Make Moral JudgementPenyerangan Israel ke Gedung Al Jazeera yang dianggap bekerja sama dengan Hamas dan tak memberikan cukup waktu kepada jurnalis di Gedung tersebut untuk mengevakuasi warga Gedung dan peralatan liputan
Treatment RecommendationNihil


Hasil Analasis Berita Pikiran Rakyat dengan Judul: Rakyat Palestina dalam Ancaman ‘Bencana Manusia’ Jika Israel Blokir Sektor Vital

Sumber:

https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-011911814/israel-bisa-sebabkan-rakyat-palestina-dalam-ancaman-bencana-manusia

Define ProblemsSeluruh saluran listrik di Gaza padam akibat pemboman oleh Israel. Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza telah kehabisan bahan bakar setelah Israel menutup satu-satunya jalur penyeberangan perbatasan komersial dengan Gaza. Pemadaman listrik ini mengancam bencana manusia karena adanya pemblokiran terhadap sektor vital seperti kesehatan, sanitasi, dan lingkungan.
Diagnoses CausesPenyerangan yang dilakukan oleh Israel
Make Moral JudgementIsrael seharusnya tidak melakukan pemboman dan juga menutup jalur pembangkit listrik di Gaza
Treatment RecommendationIsrael berhenti untuk melakukan agresi kepada Palestina dan merusak pemukiman dan tempat ibadah

Define Problems:

Listrik di sebagian besar wilayah Gaza telah padam. Hal ini diperparah oleh pemblokiran  penyeberangan perbatasan komersial dengan Gaza. Satu-satunya pembangkit listrik di jalur Gaza telah kehabisan bahan bakar setelah pemerintah Israel melakukan pemblokiran. Pemadaman listrik di Gaza dapat mengancam terjadinya bencana manusia karena adanya pemblokiran terhadap sektor vital seperti kesehatan, air, sanitasi, dan juga sektor layanan publik.

Diagnoses Causes:

Hal ini disebabkan oleh serangan agresi oleh pemerintah Israel kepada warga Palestina di Gaza dan dilakukan pemblokiran jalur pembangkit listrik di Gaza.

Make Moral Judgement:

Penilaian moral dalam berita ini dijatuhkan kepada Israel. Palestina meminta untuk Israel berhenti merusak pemukiman warga maupun tempat ibadah. Selain itu, presiden Palestina mengatakan bahwa mereka akan bergerak untuk membela rakyat Palestina. Presiden Palestina menekankan bahwa Palestina tidak akan menyerah dan terus berjuang demi melindungi tanah air mereka.

Treatment Recommendation

Oleh karena itu, Israel seharusnya tidak memblokir jalur pembangkit listrik maupun sektor vital lainnya. Pemerintah Israel juga seharusnya tidak melakukan tindakan agresi kepada Palestina yang dapat mengakibatkan kerusakan pemukiman dan juga tempat ibadah.

  • Korban Makin Banyak Jelang Lebaran, 67 Orang Dilaporkan Tewas Dalam Konflik Palestina-Israel

Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-011908065/korban-makin-banyak-jelang-lebaran-67-orang-dilaporkan-tewas-dalam-konflik-palestina-israel

Define ProblemsKamis, 13 Mei 2021, jumlah korban yang tewas akibat konflik Israel dan Palestina bertambah menjadi 67 jiwa.
Diagnoses CausesSerangan udara yang dilakukan oleh Israel dan Hamas
Make Moral JudgementPemerintah Israel seharusnya tidak melakukan serangan udara. Hamas seharusnya tidak melakukan serangan roket.
Treatment RecommendationPemerintah Israel dan Hamas berhenti untuk melakukan serangan udara

Define Problems:

Jumlah korban konflik Israel dan Palestina telah bertambah.Sebelumnya, korban jiwa mencapai angka 35, tetapi jumlah kematian hampir naik dua kali lipat saat hari lebaran. Pada hari Kamis, 13 Mei 2021, jumlah korban mencapai 67 jiwa. Korban yang bertambah terdiri dari 17 anak-anak dan 6 orang wanita. Dalam konflik Palestina dan Israel, sebanyak 388 orang telah mengalami luka-luka. Jumlah korban jiwa dari pihak Israel berjumlah 6 orang. 

Diagnoses Causes:

Serangan udara yang dilakukan oleh pemerintah Israel dibalas dengan serangan roket yang berasal dari Hamas. 

Make Moral Judgement:

Berdasarkan penilaian moral yang ada dalam artikel Pikiran Rakyat, kesalahan ini dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu Israel dan Hamas. Dalam artikel ini disebutkan jumlah korban dari kedua belah pihak dan juga penyerangan yang dilakukan oleh pihak Israel maupun Hamas. Walaupun Israel tetap membawa pengaruh besar karena Israel yang memulai serangan diikuti dengan Hamas untuk membalas serangan tersebut.

Treatment Recommendation:

Oleh karena itu pemerintah Israel maupun Hamas seharusnya tidak melakukan tindakan penyerangan. Adanya konflik ini meningkatkan jumlah korban terutama anak-anak. 

  • Hasil analisis berita Pikiran Rakyat dengan judul Mencekam, Serangan Udara Israel Hancurkan Kantor Berita Internasional di Gaza Palestina

Penyebab masalah dalam berita ini menggambarkan bahwa Israel melakukan serangan ke kantor The Associated Press di Jalur Gaza. Pada beberapa bagian berita, Pikiran Rakyat membingkai Israel sebagai pihak yang buruk dengan data-data yang mengajak pembaca memberikan empatinya (nilai berita human interest), sehingga Israel dianggap sebagai pihak yang melakukan kejahatan. Namun, pada bagian lainnya dalam berita ini, Pikiran Rakyat tetap memberikan data jumlah korban jiwa pada dua kubu.

“Sebelumnya, serangan udara Israel di kamp pengungsi padat penduduk di Kota Gaza menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina yang sebagian besar anak-anak, pada Sabtu pagi.”

“Di Gaza, sedikitnya 139 orang telah tewas, termasuk 39 anak-anak dan 22 wanita. Di pihak Israel, tujuh orang tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dan seorang tentara.***”

Penilaian moral dalam berita ini lebih mengarah kepada Israel yang menyerang kantor The Associated Press di halaman awal berita. Namun, di akhir berita dipaparkan bahwa kedua belah pihak sama-sama melakukan serangan balasan ke pihak lainnya. Dalam berita ini, tak dijelaskan oleh Pikiran Rakyat perihal saran penyelesaian konflik ini.

Define ProblemsPenyerangan kantor berita Internasional di Gaza oleh Israel
Diagnoses CausesIsrael
Make Moral JudgementSejak awal berita, titik berat penilaian moral dijatuhkan kepada Israel. Namun, hingga akhir berita dijelaskan bahwa kedua pihak memiliki peran dalam konflik ini
Treatment RecomendationNihil
  • Hasil analisis berita Pikiran Rakyat dengan judul 10 Orang Termasuk 8 Anak Tewas Usai Serangan Udara Israel di Kamp Pengungsian Gaza

Judul berita ini sudah menjelaskan siapa yang menjadi biang masalah yang terbingkai dalam berita ini. Dalam berita tersebut, Israel menjadi penyebab terjadinya konflik ini karena Israel melancarkan agresi serangan udara ke Kamp Pengungsian Gaza.

Israel hingga saat ini terus melakukan agresi serangan udara, bahkan kabar terbaru menyatakan bahwa setidaknya 10 anggota keluarga Palestina tewas usai serangan tersebut.”

Sedari awal, titik berat penilaian moral dijatuhkan kepada Israel yang dalam berita tersebut disajikan data bahwa agresis serangan udara tersebut memakan korban anak-anak dan dua wanita. Selain itu, beberapa kalimat dan wawancara dalam berita ini juga mengajak masyarakat untuk lebih empati terhadap korban penyerangan ini. Banyak wawancara yang disajikan lebih melankoli dari yang lainnya.

“Itu mengenai kepala kami. Kami terluka. Kami mulai berlari tanpa alas kaki dan saudara perempuan saya meninggalkan semua barang milik kami,” katanya.

“Alhamdulillah saya masih punya Omar,” kata Al-Hadidi.

Sedikitnya 15 orang juga terluka dalam serangan udara itu. Mohammed al-Hadidi memberi tahu Al Jazeera bahwa istri dan empat putranya Suheib berusia 14 tahun, Yahya 11 tahun, Abdelrahman 8 tahun, dan Wisam 6 tahun semuanya tewas.

Dalam kejadian itu, sebelumnya mereka mengunjungi saudara laki-laki istrinya untuk merayakan Idul Fitri saat aksi mogok kerja terjadi.

Tidak ada jalan keluar yang disajikan oleh Pikiran Rakyat, namun wawancara dengan juru bicara UNRWA yang mengatakan bahwa penyerangan Israel ke kamp pengungsian ini adalah karena adanya disinformasi, dimana Israel tidak menargetkan warga sipil, namun, Israel menargetkan pejuang Hamas yang bertempat di kamp pengungsian, sedikit memperjelas suasana ketika itu.

Define ProblemsPenyerangan Israel ke Kamp Pengungsian di Gaza
Diagnoses CausesIsrael
Make Moral JudgementPenilaian moral dijatuhkan kepada Israel yang sedari awal berita dijelaskan tentang penyerangannya terhadap kamp pengungsian di Gaza
Treatment RecommendationNihil
  • Hasil analisis berita Pikiran Rakyat dengan judul AS Bungkam Palestina Terus Diserang, Israel Dapat ‘Restu’ dari Amerika Terus Menggempur?

Dalam berita ini akar masalah terdapat pada ketidakhadiran Amerika Serikat dalam menyuarakan konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina, sedangkan beberapa negara seperti Turki dan Rusia kompak menentang Israel.

Titik berat penilaian moral dalam berita ini dijatuhkan kepada Amerika Serikat karena tidak bersuara terhadap konflik Israel dan Palestina. Dalam berita tersebut dijelaskan penyerangan Israel ke Palestina telah menelan ratusan korban terluka hingga meninggal dunia, namun Amerika Serikat belum bersuara terkait hal ini.

Saran penyelesaian dalam berita ini tentunya adalah kehadiran Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina, terlihat pada wawancara yang disajikan oleh Pikiran Rakyat mengenai hal ini:

“Nabil Abu Rideineh, juru bicara Presiden Mahmoud Abbas, ia mengatakan bahwa diamnya pemerintah Amerika Serikat mendorong kejahatan perang Israel di Jalur GazaYerusalem, dan Tepi Barat.”

Define ProblemsKetidakhadiran AS dalam menyuarakan konflik Israel dan Palestina
Diagnoses CausesAmerika Serikat
Make Moral JudgementTitik penilaian moral dijatuhkan kepada AS yang tidak bersuara perihal konflik Israel dan Palestina
Treatment RecommendationKehadiran AS dalam menyelesaikan konflik Israel dan Palestina

III. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kami, terdapat beberapa faktor pemberitaan antara Kompas dan Pikiran Rakyat dalam memberitakan konflik antara Israel dan Palestina. Pertama, yakni cara penyajian berita antara Kompas dan Pikiran Rakyat seperti feature dan hard news.

Kedua, Kompas lebih membingkai Israel sebagai penyebab masalah dalam konflik ini. Begitu pula dengan Pikiran Rakyat yang membingkai Israel sebagai penyebab masalah konflik ini, tak hanya itu, dalam berita Pikiran Rakyat juga dibingkai Amerika Serikat sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam konflik ini.

Ketiga, Kompas lebih memandang konflik ini dengan skala yang lebih luas. Berita-berita dari Kompas lebih kepada peran negara luar terhadap konflik Israel dan Palestina. Sedangkan, Pikiran Rakyat lebih membingkai berita konflik dengan skala kecil, yaitu Israel dan Palestina.

IV. Penutup

Sebagai penutup, tim penulis Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM Bima Fikom Unpad berharap, pemberitaan media terkait konflik Israel dan Palestina tetap objektif dan berpegang teguh pada Kode Etika Jurnalistik. Pemberitaan didasarkan pada data dan fakta, tanpa adanya pengaruh keberpihakan. Selain itu, setiap data dan statement dari kedua pihak haruslah divalidasi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Agar terciptanya ruang publik yang berkualitas.

V. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada pihak yang telah membantu rampungnya tulisan ini. Tentunya, tim penulis berharap evaluasi dan kritik terhadap tulisan ini karena kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.

Tim Penulis : I Putu Gede Rama Paramahamsa, Fauzi Ramadan, Faiza Humaira S, Maharani Arlla Yesifa, Sulthan Ariq Sulaiman Aden.

Daftar Pustaka

Barberá, P., Jost, J. T., Nagler, J., Tucker, J. A., & Bonneau, R. (2015). Tweeting from left to right: Is online political communication more than an echo chamber?. Psychological science, 26(10), 1531-1542.

Debor, Yantina. 2020. “Daftar 6 Vaksin COVID-19 yang Digunakan di Indonesia”. https://tirto.id/daftar-6-vaksin-covid-19-yang-digunakan-di-indonesia-f8fa. Diakses pada 10 Maret 2021.

Fajar dan Setia. 2020. Analisis Sentimen Pro dan Kontra Masyarakat Indonesia tentang Vaksin COVID-19 pada Media Sosial Twitter. Indonesian of Health Information Management Journal, 8(2).

Kelley, H. H., & Michela, J. L. (1980). Attribution theory and research. Annual review of psychology, 31(1), 457-501.

Maharani, A. (2020, December 7). Hati-hati, Efek Echo Chamber Saat Pandemi COVID-19! Retrieved from klikdokter: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3646060/hati-hati-efek-echo-chamber-saat-pandemi-covid-19

Maharani, A. (2021, January 15). Menolak Vaksinasi Corona, Ini Alasan Psikologisnya. Retrieved from klikdokter: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3646967/menolak-vaksinasi-corona-ini-alasan-psikologisnya

Martiarini, N. (2020, December 4). PENASARAN DENGAN ALASAN DI BALIK PERILAKU SESEORANG? YUK INTIP APA ITU ATRIBUSI! Retrieved from PSIKOLOGI UNNES: https://psikologi.unnes.ac.id/2020/12/04/penasaran-dengan-alasan-di-balik-perilaku-seseorang-yuk-intip-apa-itu-atribusi/

Mashabi, Sania. 2021. “UPDATE: Tambah 6.389, Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia 1.392.945 Orang”. https://nasional.kompas.com/read/2021/03/09/17215171/update-tambah-6389-jumlah-kasus-covid-19-di-indonesia-1392945-orang?page=all. Diakses pada 10 Maret 2021.

Nguyen, C. T. (2020). Echo chambers and epistemic bubbles.

Rifasya, F. (2018, December 18). Echo Chamber dan Filter Bubble Penyebab Polarisasi Masyarakat dalam Media Sosial. Retrieved from Medium: https://medium.com/@fawwazrifasya/echo-chamber-dan-filter-bubble-penyebab-polarisasi-masyarakat-dalam-media-sosial-6617178c1c74

Rilis Diskusi Publik #1: Komunikasi Krisis Pemerintah dalam Menyambut Hingga Melahirkan Vaksin Corona

Satu tahun lebih pandemi virus COVID-19 menjangkit Indonesia. Virus yang mulanya berasal dari Wuhan, China, ini kini telah merebak dan memakan banyak korban tak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh negara di dunia. Berbagai kebijakan dan statement pun kemudian dibuat untuk menekan laju pertumbuhan COVID-19, namun sayangnya kebijakan yang hadir nampaknya tidak bisa menekan pertumbuhan angka tersebut secara signifikan, dan bahkan terdapat beberapa masyarakat yang perlahan mulai abai serta tidak mempercayai pandemi COVID-19 ini.

Melihat kekhawatiran tersebut, Departemen Kajian dan Aksi Strategi BEM Bima Fikom Unpad Kabinet Jagatkarya kemudian mengadakan sebuah diskusi publik pada Jum’at, 23 April 2021. Diskusi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi krisis yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menyambut COVID-19, serta aspek-aspek apa saja yang telah tumbuh di masyarakat dan variable yang mempengaruhinya.

Diskusi tersebut dilakukan secara daring melalui platform Zoom Meeting serta menghadirkan narasumber-narasumber hebat, yaitu Justito Adiprasetion, S.I.KOM, MA. Dan Dr. Herlina Agustin, S.Sos, M.T. Diskusi dimoderasi oleh Meyta Yosta Greacelya Abaulu selaku Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis Bem Fikom Unpad.

Diskusi dimulai pada pukul 13.30, diawali dengan pemaparan dari narasumber pertama, yaitu Justito Adiprasetion, S.I.KOM, MA yang membawa materi mengenai berbagai blunder komunikasi publik yang telah dilakukan pemerintah semenjak pre-crisis virus COVID-19 hingga saat ini. Justito melabeli materinya dengan istilah “Absennya Paranoia – COVID-19 Indonesia”. Beliau kemudian menyebutkan bahwa banyak masyarakat yang belum aware terhadap Virus ini pada tahapan awal, hal ini makin diperparah dengan respon dan statement dari pemerintah yang kerap kali membuat klaim yang tidak berlandaskan science. Salah satu pernyataan pemerintah yang cukup unik pada saat itu berasal dari Menteri Kesehatan, yang menyatakan bahwa Indonesia mampu untuk bebas dari virus Corona dikarenakan doa. Selain itu, klaim tidak berlandaskan bukti ilmiah pun sempat dilakukan oleh Ahmad Yurianto selaku juru bicara COVID-19, yang menyebutkan bahwa virus COVID-19 perlahan akan menjinak. Tentu sebuah statement yang telah dirilis ke publik akan sangat sulit untuk ditarik kembali, sekali pun telah ada klarifikasi. Hal ini lah yang kemudian menjadi salah satu variable penyebab masyarakat terpolarisasi ke dalam dua kubu, pro dan kontra.

Justito menyebutkan bahwa klaim, justifikasi, statement pemerintah bersifat pseudosains dan terlalu bertujuan untuk menenangkan masyarakat, pemerintah tidak memposisikan masyarakat sebagai mitra dan memberikan keterbukaan serta transparansi yang baik, yang mana hal ini kemudian membentuk framing tertentu di dalam masyarakat. Komunikasi publik di level kenegaraan seharusnya bersumber dari literatur yang scientific, bukan hanya berbasis dari narasi yang motivasional.

Selanjutnya, Justito menyampaikan banyaknya komunikasi publik yang saling tumpang tindih antara narasi pusat dengan daerah pun merupakan bukti nyata kurangnya kemampuan pemerintah dalam menghadapi krisis ini. Selain itu, sikap pemerintah yang me-maintenance publik dan menyebutkan bahwa Indonesia akan pulih dari pandemi ketika posisi pandemi yang sedang memuncak, menjadikan banyak masyarakat yang kemudian mulai abai terhadap COVID-19. Berbagai blunder ini kemudian memberikan kita pandangan baru, bahwa pemerintah sebenernya belum memiliki jalur birokrasi yang adaptif dalam menangani krisis. Pada bagian akhir, Justito menyatakan bahwa dalam krisis COVID-19 ini, pemerintah seharusnya memperbanyak narasi yang berorientasi kepada aspek human interest, namun faktanya narasi yang bertebaran masih didominasi oleh aspek ekonomi, kapital dan attribution of responsibilities

Setelah selesai materi disampaikan olehJustito Adiprasetion, S.I.KOM, MA, diskusi pun dilanjutkan oleh materi yang dipaparkan oleh Dr. Herlina Agustin, S.Sos, M.T atau kerap disapa dengan sebutan Bu Titin. Materi diawali dengan cerita Bu Titin mengenai pengalaman setelah dirinya menjadi relawan vaksin Sinovac. Beliau menyatakan bahwa terdapat banyak pihak yang mendukung ketika dirinya memutuskan untuk menjadi relawan vaksin, namun sayangnya terdapat banyak pula individu yang menentang hal tersebut. Beliau sempat mendapat pesan Whatsapp yang berkonotasi negatif, “Apakah tidak takut mati setelah ikut menjadi relawan? Nanti yang rugi siapa kalau mati?” Namun beliau menanggapi hal tersebut dengan santai, Bu titin percaya bahwa ketika dirinya divaksin tidak ada pihak yang merugi, melainkan dirinya akan mempermudah lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya beliau menyinggung mengenai berita hoaks yang banyak tersebar pada masa pandemi ini. Bu Titin menyayangkan banyak pihak yang lebih percaya kepada hal-hal berbau konspirasi dibandingkan mempercayai penelitian-penelitian ilmiah yang sudah terbukti kebenarannya. Hal ini pula yang kemudian menyebabkan lahirnya kaum anti-covid yang tentunya juga sejalan dengan golongan anti-vaksin.

Pada momen akhir, beliau kemudian memberikan pernyataan yang begitu bijak. Sebagai penggerak lingkungan, Bu Titin memberi pesan pada kita semua bahwa pandemi COVID-19 ini merupakan bukti dari manusia yang tidak merawat alamnya dengan baik, virus COVID-19 muncul karena virus tersebut telah kehilangan habitatnya, sehingga mencari inang yang baru, yaitu manusia. Intinya semua hal akan kembali ke lingkungan, karena tidak akan ada manusia sehat di lingkungan yang buruk. Semua ini berkaitan dengan menjaga lingkungan agar tetap lestari. Pemerintah terlihat hanya fokus kepada ekonomi atau materi saja, padahal menjaga lingkungan pun tidak kalah pentingnya.

Intisari Diskusi Publik:

  • Berbagai blunder dari komunikasi publik yang telah dilakukan oleh pemerintah bersifat akumulatif dan snowball. Akibatnya masyarakat pun terpolarisasi menjadi dua bagian, pro dan kontra.
  • Klaim/statement/justifikasi dari pemerintah yang bersifat pseudosains menjadikan masyarakat memiliki keamanan semu. Akibatnya awareness masyarakat terhadap COVID-19 menjadi rendah.
  • Tumpang tindihnya narasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi bukti dari ketidaksiapan birokrasi pemerintah dalam menangani sebuah krisis.
  • Pemerintah seharusnya menjadikan masyarakatnya sebagai mitra yang dapat bersifat terbuka dan transparan terhadap setiap informasi yang ada, bukan hanya memberikan statement motivasional dan keamanan semu.
  • Berbagai hoax dan konspirasi yang bertebaran menjadikan munculnya masyarakat yang anti-covid dan anti-vaksin.
  • Virus COVID-19 merupakan bukti nyata dari alam yang tidak terjaga dengan baik, oleh karena itu lingkungan merupakan aspek penting yang harus kita jaga kelestariannya, karena tidak akan ada manusia sehat di lingkungan yang buruk.

Departemen Kajian dan Aksi Strategis, BEM Fikom Unpad 2021