Pro Kontra Diresmikannya Indonesia Menjadi Tuan Rumah Formula-E

Oleh: Alyssa Rasheedah Cahaya Bintang

ABB FIA Formula E World Championship atau yang biasa disebut Formula E merupakan ajang balap mobil listrik berkursi tunggal pertama di dunia. Formula E ini pertama kali dibentuk pada tahun 2011 oleh presiden FIA Jean Todt dan seorang pengusaha asal Spanyol, Alejandro Agag yang merupakan pendiri dan CEO dari Formula E Holdings. Dalam balapannya, Formula E diselenggarakan di jalanan pada 12 kota yang terbagi di lima benua. Dalam Kompetisi ini, terdiri dari 12 tim yang setiap tim nya beranggotakan dua pembalap. Formula E ini juga bisa dibilang sangat unik karena sirkuitnya berada di jalan raya tengah kota.

Ajang Kompetisi balap ini tentunya sebuah inovasi yang berdampak baik karena kompetisi ini juga sekaligus mempromosikan mobil listrik yang berdampak ramah lingkungan yaitu tidak menyebabkan polusi udara. Saat berlangsungnya balapan, dapat dipastikan bahwa dari mobil- mobilnya tidak membuat suara bising yang bisa mengganggu masyarakat sekitar. Suaranya hanya berkisar di angka 80 desibel yang mana suaranya hampir sama seperti sebuah suara yang diciptakan oleh vacuum cleaner.

Pada 2022 nanti, Indonesia dikabarkan akan menjadi tuan rumah ajang Formula E . Dengan Indonesia menjadi tuan rumah untuk ajang Formula E ini pastinya akan membuka kesempatan besar pada Indonesia supaya dikenal oleh dunia, dan masyarakat dunia bisa menyaksikan kemajuan Indonesia sehingga nantinya para turis maupun investor tidak ragu lagi untuk berkunjung ke Indonesia. Tentunya ini sejalan dengan tujuan bapak Presiden Joko Widodo yang memiliki rencana Indonesia akan menjadi pusat produksi mobil listrik dan baterai mobil di kemudian hari.

Tetapi, dari semua rencana dan keputusan tersebut, masih banyak yang tidak setuju dengan diputuskannya Indonesia menjadi tuan rumah Formula E 2022 nanti. Karena banyak yang beranggapan bahwa ditengah pandemi seperti sekarang ini lebih baik pemerintah mengurusi rakyatnya terlebih dahulu, dibanding mengurusi acara Formula E. Karena masih banyak yang beranggapan bahwa  pandemi ini merupakan masalah serius yang harus ditangani lebih dahulu, selain berdampak ke masalah kesehatan tapi juga berdampak pada perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. Dengan diadakannya ajang balapan Formula E ini juga dikhawatirkan akan menambah penyebaran virus Covid-19.

Selain itu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono mengatakan bahwa ajang balapan Formula E ini tidak masuk ke dalam 23 janji dalam kampanye Gubernur Anies Baswedan. Ajang balap Formula E ini juga telah masuk ke dalam prioritas yang sebelumnya tidak ada dan telah ditetapkan ke dalam Instruksi Gubernur Nomor 49 Tahun 2021 tentang isu prioritas daerah. Hal ini dikhawatirkan akan lebih banyak yang harus dikerjakan oleh pemerintah dan mengganggu isu prioritas lainnya seperti beberapa isu soal potensi banjir dan prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam. Menurutnya, isu- isu seperti itu yang harus didahulukan ketimbang menggelar sebuah ajang balapan seperti Formula E tersebut.

Sudah Siapkah Pemuda Indonesia Menyambut Generasi Emas 2045?

“Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini banyak anak yang putus sekolah.”

Ditulis oleh: Cicin Yulianti

Begitulah kurang lebih pernyataan yang dikemukakan oleh Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Samto, terkait pendidikan saat ini. Pernyataan tersebut bukanlah hal baru yang kita tahu karena sudah lama pendidikan di Indonesia jelas belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Terlebih kondisi pandemi Covid-19 malah memperparah kondisi pendidikan saat ini. Tidak sedikit murid yang tak bisa belajar karena keterbatasan gawai atau koneksi internet. Ditambah masalah pemindahtanganan pekerjaan rumah (PR) murid yang akhirnya dikerjakan oleh orang tua. Hal tersebut memang sangat memprihatinkan karena lagi-lagi menggambarkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia malah membuat ibu rumah tangga komat-kamit dan tepuk jidat menghadapinya.

Tugas pemerintah saat ini memanglah berat dalam menghadapi permasalahan pendidikan bagi anak muda. Apalagi melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2020, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia hari ini didominasi oleh usia muda. Adapun generasi yang mendominasi dari keseluruhan jumlah tersebut adalah generasi Z sebanyak 27,94 %  lalu diikuti oleh generasi milenial sebanyak  25,87% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272.229.372 jiwa. 

Angka-angka di atas membawa kita pada sebuah fakta bahwa Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi. Artinya, Indonesia memiliki potensi besar kedepannya dalam memaksimalkan pembangunan nasional lewat penduduknya yang berusia produktif. Hal tersebut selaras dengan gagasan negara Indonesia tentang Generasi Emas 2045. Generasi Emas 2045 sendiri menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia di tahun 2045, di mana Indonesia genap berusia 100 tahun dan memiliki taraf  hidup yang lebih sejahtera. Oleh karena itu, semua aspek yang berhubungan dengan pendidikan sebagai penentu peradaban sangat perlu diperhatikan untuk mewujudkan gagasan tersebut, tanpa terkecuali.

Pendidikan Adalah Inti Kehidupan

Berbicara soal pemuda, maka tak jauh dengan pendidikan sebagai penentu karakter dan intelektual mereka. Berhasil atau tidaknya pendidikan menjadi kontribusi yang besar dalam tercapainya pembangunan nasional. Arah terpenuhinya kebutuhan pendidikan pun sudah tertuang dalam Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sasaran dari perpres tersebut adalah menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.  Namun pertanyaannya, bagaimana pendidikan sangat menentukan tercapainya Generasi Emas 2045?

Maju atau tidaknya peradaban sebuah negara sangat tergantung pada kapasitas pendidikan yang dimiliki oleh warganya. Di Indonesia, sistem pendidikan sudah mulai dirancang sedemikian rupa, namun nyatanya belum juga menyeluruh. Hal tersebut terbukti dari hasil riset Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih ada di peringkat ke-7 paling bawah, di mana total negara yang disurvei berjumlah 78 negara. Indonesia menduduki peringkat ke-72 dalam kualitas Membaca, peringkat ke-72 untuk bidang Matematika, dan peringkat ke-70 untuk kompetensi Sains.

Data di atas cukup mengejutkan karena dalam pandangan masyarakat awam, pendidikan bisa saja sudah terlihat mumpuni. Terlebih bagi kebanyakan warga kota yang di mana kualitas pendidikannya sudah lebih maju dibanding pedesaan. Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan memiliki target capaian dalam pemerataan pendidikan.  Data dari PBB pun memperkirakan bahwa pada tahun 2045 terdapat sekitar 69,1% penduduk yang tinggal di perkotaan.

Kita pun tak bisa menutup mata dari sistem pendidikan negara Finlandia yang digadang-gadang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Jika dibandingkan dengan pendidikan Indonesia saat ini, jelas bahwa Indonesia masih jauh tertinggal. Kejamnya pendidikan Indonesia pun masih dialami oleh pemuda di mana mereka merasa tak bisa menemukan jati dirinya lewat pendidikan. Pelajar Indonesia masih merasa bersalah ketika berbeda dengan orang lain. Anak pintar masih saja distereotipkan lewat anak yang nilai Matematika-nya bagus atau menjadi juara olimpiade Sains.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi menuju arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Ketika masih banyak pemuda yang memiliki kecerdasan di bidang seni dan olahraga namun potensinya masih dianggap kalah oleh pemuda yang memiliki prestasi dibidang akademik, maka pendidikan di Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Padahal masalah kemerdekaan dalam pendidikan seharusnya selaras dengan kemerdekaan Indonesia yang ke-100 di tahun 2045.

Konsep Pendidikan Modern

Berdasarkan data PBB, pertumbuhan penduduk dunia akan berfokus pada sembilan negara yakni Amerika Serikat, Pakistan, Nigeria, India, Tanzania, Ethiopia, Republik Demokratik Kongo, Uganda, dan Indonesia. Indonesia pun diprediksi akan masuk ke dalam 5 besar negara dengan ekonomi terbesar dan memiliki bonus demografi dalam pertumbuhan ekonomi. Tentunya, prediksi tersebut tidak boleh disia-siakan dan berakhir menjadi wacana saja. 

Tak tanggung-tanggung, menyikapi prediksi tersebut, Presiden Jokowi menargetkan Indonesia pada tahun 2045 bisa menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya sistem pendidikan yang dianut negara-negara maju menjadi kiblat yang wajib dikaji oleh pemerintah Indonesia. Sebut saja Amerika, Inggris, Jerman, Finlandia, Perancis, negara-negara tersebut sudah memiliki sistem pendidikan yang tak bisa diragukan lagi. Oleh karena itu, kita pun harus sudah mulai meniru pola pendidikan di negara-negara modern tersebut.

Jejak pandemi sebenarnya bisa dijadikan modal dalam menyokong pendidikan modern menghadapi industri 4.0. Pelajar di Indonesia sudah mulai menerapkan sistem E-Learning, namun nyatanya masih banyak yang mengutamakan E-nya dibanding Learning-nya. Tools-nya sudah mendukung, namun sistem pembelajarannya masih berlangsung konvensional.  Selain itu, pandemi seharusnya mengajarkan pelajar untuk mulai terbiasa dengan konsep Blended Learning. Dalam mendorong negara-negara menjadi maju,konsep belajar blended learning bisa menjadikan pelajar lebih mandiri, leluasa, dan lebih efisien dalam mengakses modul pembelajaran. 

Untuk memaksimalkan penerapan pendidikan modern, maka Indonesia mesti mengikuti beberapa cara yang sudah diterapkan oleh negara maju mulai dari Finlandia hingga Amerika. Berikut gambaran pendidikan di beberapa negara maju yang harus mulai diterapkan oleh Indonesia menghadapi momen emas 2045:

  1. Setiap anak berhak atas pendidikan gratis yang inklusif. 
  2. Pembelajaran harus  dipersonalisasi  dalam menggali bakat dan potensi pelajar sehingga tidak masuk lagi ke dalam lingkaran stereotip  bahwa anak cerdas hanyalah anak yang pintar Sains saja.
  3. Menerapkan ujian standarisasi dengan metode kualitatif sehingga bisa berfokus pada kemampuan masing-masing anak dibandingkan metode menghafal yang mengacu pada kuantitatif.
  4. Tenaga pendidik bukan hanya dibekali kemampuan mengajar kognitif namun juga kemampuan memahami psikologi murid.
  5. Kapasitas kelas harus lebih leluasa dalam artian tidak lebih dari 30 murid agar fokus guru tidak pecah.
  6. Murid diberikan keleluasaan memilih mata pelajaran pilihan sesuai dengan minatnya seperti dalam bidang atletik,teknologi, bahasa, seni, sastra atau lainnya. 

Tidak Ada yang Salah Dengan Mencuci Raw Denim

Ditulis oleh: Luthfa Arisyi

Mungkin kalian sudah sering mendengar istilah raw denim. Ya, sesuai dengan namanya, raw denim bisa diartikan sebagai bahan denim yang ‘mentah’ karena dalam proses pembuatannya tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu. Jadi, setelah diambil dari mesin tenun, bahan denim langsung dijahit untuk dijadikan celana atau jaket. Jins yang menggunakan bahan raw denim biasanya dapat dicirikan dengan warnanya yang gelap, tekstur bahan yang keras dan kaku, 

Di Indonesia sendiri, penggunaan jeans berbahan raw denim sudah marak sejak beberapa tahun terakhir. Banyak alasan kenapa akhirnya seseorang memutuskan untuk menggunakan raw denim, Alasan paling utama adalah karena experience yang hanya bisa didapat ketika menggunakan raw denim, yaitu warna dari raw denim yang bisa memudar seiring pemakaian atau yang biasa disebut dengan fading. Oleh karena itu, raw denim dapat menghasilkan pola kerutan yang unik di beberapa titik, khususnya titik yang sering mengalami gesekan, seperti di bagian belakang lutut. 

Pola kerutan pada raw denim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kualitas kain atau fabric, pewarna yang digunakan, tingkat ketebalan kain, dan tentunya intensitas pemakaian penggunanya. Oleh karena itu, pola kerutan yang dimiliki tiap pengguna raw denim akan berbeda dan menjadi unik karena faktor-faktor di atas. Ada satu faktor lagi yang menurut kebanyakan orang sangat berpengaruh pada pemudaran warna jeans, yaitu pencucian.

Menurut beberapa orang, haram hukumnya untuk mencuci jeans, bahkan jika hanya terkena air sedikit. Hal tersebut dinilai dapat merusak kain dan warna jeans. Selain itu, mencuci jeans juga dinilai dapat merusak pola kerutan yang nantinya akan dihasilkan. Tidak heran makanya jika ada orang yang tidak mencuci jeansnya selama enam bulan, satu tahun, atau bahkan tidak pernah dicuci seumur hidup. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan hal itu. 

Hal yang ingin saya bahas di sini adalah, pola pikir orang-orang ketika akhirnya memutuskan untuk menggunakan jeans berbahan raw denim dan bagaimana mereka memperlakukan jeansnya. Kebanyakan orang menggunakan raw denim untuk mencari pola kerutan yang dihasilkan dari pemakaiannya. Dengan begitu, mereka akan menggunakan jeansnya setiap hari dan kebanyakan tidak akan mencucinya dalam waktu yang lama. Mereka akan memperlakukan jinsnya selayaknya seorang raja yang tidak boleh tersentuh air, kotoran, atau apa pun itu. Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun, pertanyaannya adalah apakah nyaman menggunakan jins yang tidak dicuci dalam waktu lama, terkena keringat, debu, dan lain sebagainya?

Saya pribadi menganggap fading atau pola kerutan pada jeans sebagai bonus yang saya dapatkan ketika menggunakan raw denim. Hal utama yang saya pikirkan ketika membeli jeans berbahan raw denim, khususnya celana adalah ukuran yang pas dan kecocokan dengan bentuk kaki saya. Mengingat bahannya yang kaku dan keras, sangat penting bagi kita untuk memperhatikan ukuran dan kecocokan dengan bentuk tubuh. Salah ukuran sedikit, jins tidak akan terasa nyaman ketika dikenakan.

Selain itu, saya juga tidak masalah jika harus mengenakan jeans di tengah-tengah hujan atau harus mengenakan jins saya ke tempat-tempat yang kotor. Hei, ini cuma celana! Jika kotor atau sudah terasa tidak nyaman tinggal dicuci. Jika sudah terasa bau karena terkena keringat juga tinggal dicuci, kok. Pakaian diciptakan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya, bukan jadinya memberikan perasaan tidak enak ketika mengenakannya. Memang dalam mencuci jeans berbahan raw denim juga tidak bisa sembarangan. Ada teknik khusus yang harus dilakukan jika ingin mempertahankan pola kerutan yang sudah mulai timbul. Tetapi balik lagi, tidak ada yang salah dengan mencuci jeans jika memang dirasa sudah tidak nyaman. Toh ini juga cuma celana.

Sekali lagi, saya tidak menyalahkan pola pikir orang-orang dan bagaimana mereka memperlakukan jeansnya. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk berpakaian dan memperlakukan pakaiannya. Tingkat kenyamanan setiap orang tentunya berbeda-beda dan cara untuk memperoleh kenyamanan itu kembali lagi ke diri masing-masing orang.

Grasp Your Dream and Sezise Your Chance through FISCO 2018

Kesempatan, Impian, kesuksesan adalah tiga kata yang dapat menggambarkan suasana acara seminar beasiswa berupa talkshow dan stand lembaga beasiswa yang dikenal dengan nama FISCO 2018. Pada Oktober 2018 ini, FISCO hadir sebagai FIB X Fikom Scholarship Expo dimana kolaborasi antara Departemen Advokasi Pelayanan Mahasiswa BEM BIMA Fikom Unpad Kabinet Archipelago dengan Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM GAMA FIB Kabinet Anantara bekerja sama mewujudkan acara seminar dan beasiswa dengan Grasp Your Dream and Sezise Your Chance. Mengusung tema tersebut, FISCO mendorong mahasiswa untuk mau mencoba hal baru yang dapat berdampak besar nantinya.  Tujuan acara FISCO berfokus pada memfasilitasi mahasiswa Universitas Padjadjaran khususnya Fakultas Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Budaya dalam informasi beasiswa. FISCO juga dikemas semenarik mungkin dengan mengundang Orkestra Angklung FIB dan Komunitas Musik Fikom

Pada 9 Oktober 2018 di Selasar Gedung Dua dan Aula Moestopo Fakultas Ilmu Komunikasi dilangsungkan FISCO. Pukul 13.00 WIB pembukaan yang menakjubkan dipersembahkan oleh komunitas Orkestra Angklung FIB bertempat di Aula Moestopo. Pembukaan yang hangat dalam acara ini menarik perhatian para peserta. Peserta yang mengikuti seminar beasiswa ini diperkirakan berjumlah 200 orang dan untuk mengikuti acara FISCO tidak dipungut biaya bahkan mendapatkan Seminar KIT, Snack, dan juga Sertifikat.

Bertempat di aula Moestopo Fakultas Ilmu Komunikasi, seminar FISCO mengundang tiga pembicara yaitu Luh Manik Sinta Nareswari sebagai penerima beasiswa DAAD ke Cologne, Jerman. Kedua, Nenden Maryani sebagai Penerima beasiswa LPDP ke Moskow Rusia. Ketiga, Shendy Vegaziandra Arsandy sebagai penerima beasiswa KSE. Materi yang diberikan oleh ketiga pembicara dilaksanakan hingga pukul 17.00.

Sementara itu, di Selasar Gedung Dua Fakultas Ilmu Komunikasi dilangsungkan 7 stand lembaga beasiswa yang terdiri dari lembaga beasiswa ETOS, Unpad Berbagi, KSE, BRI, Rumah Kepemimpinan, Kader Surau dan Bakti Nusa. Stand dibuka pada pukul 15.00 dan memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa yang ingin mencari informasi lebih dalam mengenai beasiswa.

Suasana seminar di Aula Moestopo dan Selasar Gedung Dua sangat interaktif. Bagaimana tidak, peserta FISCO dengan aktif dan antusias melontarkan berbagai pertanyaan yang menambah informasi mereka. Ditambah,  Penjaga stand dari 7 lembaga beasiswa cukup ramai dikunjungi mahasiswa. Tak jarang, mahasiswa yang berlalu lalang mengunjungi sebentar untuk bertanya. Panita FISCO juga mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengajak mahasiswa sekitaran Fikom untuk mengunjungi stand. Alhasil,itu menjadi perhatian dan beberapa mahasiswa yang berada di sekitar Fikom penasaran dan mengunjungi dan bertanya sedikit ke stand lembaga beasiswa.

Tepat pukul 17.00 seminar beasiswa selesai dan ditutup manis oleh penampilan Komunitas Musik Fikom. Kemudian peserta diarahkan untuk mengunjungi ketujuh stand beasiswa di selasar Gedung Dua. Sekitar 200 orang memadati selasar gedung dua. Ada yang bertanya, ada yang melihat-lihat, dan lain sebagainya. Tidak terasa, pukul 18.00 acara FISCO selesai seluruh peserta puas dengan apa yang didapatkannya terlebih peserta memiliki gambaran yang lebih jelas untuk mencoba beasiswa. Satu persatu peserta meninggalkan selasar gedung dua. Beberapa panitia Fisco membereskan peralatan acara. Itulah akhir dari acara FISCO.

Sebuah acara yang memang bertemakan akademik, tapi melalui FISCO acara akademik tersebut berkembang lebih dinamis serta interaktif. Pada akhirnya, FISCO merupakan acara yang mendorong mahasiswa untuk jangan pernah takut mencoba. Semua orang memiliki kesempatan yang sama, semua orang memiliki impian yang besar, dan semua orang memiliki kesempatan dan impian untuk menggapai kesuksesan. (apm/archipelago)

Mengenal PKM 5 Bidang lewat PKM101

Jatinangor, 20 September 2018 – Dalam rangka meningkatkan antusiasme mahasiswa dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Departemen Profesi dan Keilmuan BEM Bima Fikom Unpad menyelenggarakan kegiatan Seminar PKM 101 untuk Mahasiswa Fakultas Komunikasi. Acara ini berlangsung pada 18 September 2018 di Aula Moestopo Fikom Unpad.

Bentuk kegiatan ini berupa seminar dengan 3 narasumber yang ahli di bidang PKM. Narasumber pertama ialah Ibu Vira Kusuma Dewi, SP., M.Sc., Ph.D. Beliau adalah dosen Fakultas Pertanian yang telah bergelut di bidang PKM dan telah berpengalaman menjadi dosen pembimbing PKM. Dalam seminar kali ini beliau menyampaikan materi mengenai PKM 5 bidang, ketentuan penyusunan proposal, serta kriteria penilaian proposal PKM.

Kemudian narasumber yang kedua yaitu Bapak Deni Rustiandi, S.AP selaku Tenaga Kependidikan di Rektorat Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran. Beliau yang mengelola segala kegiatan kemahasiswaan, termasuk PKM. Beliau menyampaikan tentang alur pendaftaran PKM.

Narasumber yang terakhir yaitu Dede Putri Sriyani. Perempuan yang lebih akrab dipanggil Celi ini adalah ketua tim PKM-K PeDe (Perfect Deodorizer). Celi bersama timnya berhasil meraih Juara Favorit Presentasi bidang Kewirausahaan dalam PIMNAS ke-31 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Seminar ini diakhiri dengan penyerahan plakat oleh ketua BEM Bima Fikom Unpad kepada setiap narasumber serta foto bersama peserta, panitia, dan narasumber Seminar PKM 101. (Tasya/Profil)

LDKO Manajemen Produksi Media

LDKO MPM (Latihan Dasar Kepemimpinan dan Organisasi Manajemen Produksi
Media), merupakan program kerja divisi kaderisasi yang bertujuan mempersiapkan
mahasiswa Manajemen Produksi Media membentuk Himpunan Mahasiswa (HIMA) dan
membekali dengan ilmu kepemimpinan. LDKO ini dilaksanakan Pada hari Jumat-Minggu, 28
s.d 30 April 2017. Acaranya sendiri berbentuk sebuah rangkaian yang dibagi menjadi dua
bagian rangkaian, yaitu Seminar Keprofesian yang dilaksanakan Pada hari Jumat, 28 April
2017 dan kegiatan outing yang dilaksanakan Pada hari Sabtu – Minggu, 28 – 29 April 2017.

Rangkaian kegiatan pertama adalah Seminar Keprofesian. Seminar ini diadakan di
Aula Student Center Fikom Unpad, dimulai pada jam 8:00 WIB hingga pukul 12:00 WIB.
Seminar ini diadakan guna membekali mahasiswa Manajemen Produksi Media tentang
profesi-profesi yang akan digeluti kelak. Tak hanya membahas keprofesian dalam seminar ini
membahas pula keadaan industri media pada saat ini dan proses produksi pada industri
media. Oleh karenanya, kami mengundang narasumber yang sudah cukup berpengalaman
menggeluti dunia media utamanya industry media televise. Narasumber yang kami hadirkan
adalah R.Fajar Zulfachmi dan Yogie Gandanaya selaku video journalist dari NET TV.
Mereka juga merupakan lulusan Fikom Unpad D3 Broadcasting. Dalam seminar ini
narasumber memberikan dan menyampaikan materi dengan sanagat menarik sehingga
membangun antusias dan keaktifan mahasiswa untuk memperhatikan dan bertanya seputar
industri media.

Keesokan harinya, Kegiatan outing diakukan yang bertempat di area Fikom Unpad.
Kegiatan outing ini berisi beberapa kegiatan yang tentunya masih memiliki esensi dan tujuan
yang ingin dicapai. Pada pukul 08.00 WIB, Mahasiswa Manajemen Produksi Media
berkumpul di lapangan Plaza Fikom untuk mendengarkan kata sambutan dan melakukan
perjanjian antara panitia dan peserta. Lalu, mereka dibagi kedalam beberapa kelompok dan
dipersilahkan untuk menampilkan yel-yel dan ikon yang telah dibuat. Dilanjut dengan
beberapa permainan untuk meningkatkan antusias dan kekompakan mereka, permainan ini
dilakukan hingga menjelang Dzuhur.

Setelah mereka bersenang-senang mereka kami ajak untuk bertukar pikiran,
mengeluarkan pendapat dan melakukan riset/survey kecil dalam kegiatan FGD (Focus Group
Discussion). Pada FGD ini tema yang diangkat adalah Isu sensor dan kebebasan berekspresi
pada media. Mahasiswa diuji dalam etika berdiskusi, berpikir kritis dan mengembangkan ide mereka. Kemudian, hasil dari diskusi tersebut dipresentasikan didepan seluruh mahasiswa
Manajemen Produksi Media dan juri.
Untuk mencairkan suasana kami melakukan Ice Breaking berupa game yang diberi
nama pesan berantai. Lalu, kegiatan disambung dengan talkshow mengenai kepemimpinan
dan keorganisasian yang diisi oleh M.Ridho sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa
Manajemen Komunikasi, 2016. Pada talkshow ini mahasiswa Manajemen Produksi Media
diberi kesempatan luas untuk bertanya seputar kepemimpinan dan keorganisasian sebagai
bekal mempersiapkan HIMA MPM nantinya.

Tak hanya membekali mereka dengan beragam materi kami menguji pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap materi-materi yang sudah disampaikan selama rangkaian
kegiatan. Oleh karena itu, kami memberikan kesempatan kepada Mahasiswa Manajemen
Produksi untuk membuat Desain Program TV berdasarka materi yang telah disampaikan.
Mahasiswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan merundingkan program TV yang akan
dibuat bersama. Setelah itu, kami memberikan waktu 15 menit untuk mempresentasikan
hasilnya dihadapan juri dan melakukan sesi tanya-jawab. Hal ini sekaligus melengkapi
pembekalan dalam keprofesian, mahasiswa tidak hanya paham tapi mampu
mengaplikasikannya sehingga gambaran dalam keprofesiannya akan lebih nyata.

Setelah mahasiswa beristirahat kami melanjutkan kegiatan terakhir yaitu Pos-to- Pos
dan Api unggun. Dalam kegiatan Pos-to- Pos kami membuat empat pos yang berisi beberapa
materi. Pos pertama yaitu Pos Keorganisasian yang diisi oleh anggota BEM Fikom
Unpad.Pos kedua yaitu Pos Kerjasama, setiap kelompok akan melakukan permainan
mengangkat bola dengan banyak tali dalam pos ini mereka diuji dalam teamwork atau
kerjasama antar anggota. Ketiga adalan Pos Kepercayaan, setiap kelompok akan meminta
satu orang diatara mereka menutup mata dan melewati labirin yang telah dipersiapkan.
Anggota kelompok harus mampu memberikan pengarahan kepada temannya agar dapat
sampai ke garis akhir, dalam pos ini dibutuhkan rasa kepercayaan yang tinggi kepada anggota
kelompoknya.Terakhir adalah pos birokrasi, setiap kelompok diberikan 3 tugas yaitu
membuat surat, membuat organigram dan melakukan drama kecil menghadapi pimpinan
Program Studi. Pos ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dalam melakukan birokrasi
yang baik sehingga dapat diterapkan dalam membentuk HIMA nantinya.

Tibalah diakhir rangkaian yaitu Api Unggun. Setelah melewati beberapa kegiatan dan
ujian kekompokan dan rasa memiliki Mahasiswa Manajemen Produksi Media. Kami membawa mereka satu persatu ke Lapangan Futsal Fikom dengan menutup mata mereka.
Mahasiswa saling bergandengan tangan dan melingkari Api Unggun sebagai puncak sahnya
dan berakhirnya rangkaian ini dan Mahasiswa Program Studi Manajemen Produksi Media
telah siap membangun HIMA dan Keluarga Manajemen Produksi Media.

Harapannya dengan diadakannya kegiatan LDKO ini Mahasiswa Manajemen
Produksi Media dapat mendapat pengetahuan dan pengalaman seputar kepemimpinan,
keprofesian, keorganisasian dan membentuk keluarga Mahasiswa Manajemen Produksi
Media yang solid. Layaknya slogan yang selalu mereka teriakan “ SOLID, SOLID,
BANGUN! “.