[KAJIAN] INDONESIA BUKAN HANYA JAKARTA!

“Sebuah Kajian Televisi Mengenai Dominasi Pemberitaan Wilayah Jabodetabek”

 oleh Faiz Alfarizky Tofani – TVF 2018

Sampai saat ini, televisi merupakan media massa terpopuler dalam menyajikan berita mengenai suatu kelas peristiwa di suatu wilayah tanah air. Tak heran jika jumlah khalayak yang menyaksikan siaran televisi di Indonesia sangat besar karena pemberitaan yang up to date mengenai peristiwa di suatu daerah tersebut. Namun. Berdasarkan ruang lingkup dan wilayahnya, media nasional, khususnya televisi masih memiliki dominasi pada wilayah tertentu dan kelas tertentu ketimbang isi beritanya. Selain itu, televisi masih fokus pada pemberitaan yang didominasi oleh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau disebut Jabodetabek.

Adalah Sebuah kawasan Metropolitan Jakarta Raya yang terdiri dari beberapa kota besar penyangga Ibukota Jakarta. Sayangnya, persentase frekuensi dominasi pemberitaan wilayah Jabodetabek di media televisi nasional sebesar 41% berdasarkan Daerah Asal Berita (DAB). Padahal, wilayah Indonesia tidak hanya Jabodetabek saja!

Rupanya, dominasi pemberitaan wilayah Jabodetabek sudah terjadi sejak era orde baru di mana pemerintah memonopoli siaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk menyiarkan berita tentang kondisi stabilitas dan pembangunan nasional. Pemberitaan TVRI pada masa itu selalu menayangkan kinerja pemerintah yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga era reformasi tahun 1998 dan kemudian berlanjut hingga saat ini. Kajian kritis ini saya lakukan melalui observasi pada tayangan berita di Metro TV dan NET TV dengan fokus program berita Selamat Pagi Indonesia di Metro TV dan program berita Selamat Siang Indonesia di NET TV. Unit analisis yang dikaji sebanyak 97 tayangan berita dari Metro TV dan NET TV.

Pemberitaan wilayah Jabodetabek masih mendominasi televisi nasional yang disiarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar berita yang ditayangkan mengangkat isu mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di Jakarta, seperti kemacetan, kriminalitas, dan kesenjangan sosial yang sejak awal era reformasi belum ada solusinya. Alhasil, stasiun televisi yang siarannya berpusat dari dan/atau di Jakarta selalu menayangkan permasalahan-permasalahan di ibukota tanpa adanya perhatian langsung dari pemerintah pusat maupun daerah sebagai pemangku kepentingan. Sedangkan, wilayah non-Jabodetabek hanya sebanyak penikmat berita saja!

Hasil kajian mengatakan bahwa pemberitaan wilayah Jabodetabek masih mendominasi pemberitaan televisi nasional, yaitu sebanyak 28 berita seputar Jakarta dari total 37 berita seputar Jabodetabek. Jika kita menghitung dari variabel Daerah Asal Berita (DAB) dalam satu frekuensi pemberitaan di televisi nasional selama 5 hari, DAB untuk wilayah Jakarta saja, sudah sebesar 75,67% dari keseluruhan berita wilayah Jabodetabek. Disamping itu, jika kita lihat DAB Jabodetabek terhadap pemberitaan nasional, maka kita mendapatkan persentase sebesar 38% dari keseluruhan frekuensi pemberitaan nasional. 

Sedangkan, Daerah Asal Berita (DAB) untuk beberapa wilayah pemberitaan di 2 televisi nasional yang dikaji, dapat dicermati dalam tabel berikut ini:

Tabel Jumlah DAB berita di 2 televisi nasional Indonesia:

Stasiun TVDABJumlah BeritaPresentase
Metro TVJabodetabek2741, 53 %
Metro TVSulawesi Selatan11, 53 %
Metro TVSumatera Utara23, 07 %
Metro TVSumatera Barat11, 53 %
Metro TVLampung23, 07 %
Metro TVJawa Barat69, 23 %
Metro TVJawa Tengah & DIY46, 15 %
Metro TVJawa Timur11, 53 %
Metro TVBali11, 53 %
Metro TVNasional1726, 15 %
Metro TVInternasional34, 61 %
 TOTAL65100 %
NET TVJabodetabek928, 12 %
NET TVSumatera Barat26, 25 %
NET TVSulawesi Selatan26, 25 %
NET TVSulawesi Tengah13, 12 %
NET TVSulawesi Tenggara13, 12 %
NET TVJawa Barat515, 62 %
NET TVJawa Tengah & DIY515, 62 %
NET TVJawa Timur26, 25 %
NET TVNasional26, 25 %
NET TVInternasional39, 37 %
 TOTAL32100 %

Berdasarkan DAB di atas, terlihat dengan jelas dominasi pemberitaan wilayah Jabodetabek pada 2 televisi nasional, yaitu Metro TV dan NET TV.

Sumber: Melipat Indonesia dalam Berita Televisi (2014)

Persentase   pemberitaan wilayah Jabodetabek pada 2 televisi nasional di atas jelas menunjukkan angka yang sangat dominan, yakni di atas DAB nasional. Sedangkan, DAB non – Jabodetabek yang meliputi Jawa Barat (non – Jabodetabek), Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, maupun Bali yang persentasenya tidak sampai di atas  DAB  nasional.  Hal ini membuktikan   bahwa dominasi pemberitaan Jabodetabek di televisi nasional Indonesia masih berlanjut hingga saat ini. Walaupun demikian, peneliti mendapatkan data dalam isi pemberitaan di NET TV bahwa stasiun televisi yang baru mengudara selama 7 tahun ini sudah memberikan keberimbangan (balance) dalam upaya menyiarkan program pemberitaan nasional. Hal ini terbukti dari hasil kajian ini bahwa, NET TV berhasil menghasilkan berita untuk beberapa daerah di Sulawesi. Dengan demikian, NET TV sudah berkontribusi untuk keberimbangan (balance) berita dalam siaran televisi nasional.

Berdasarkan kajian ini, dapat disimpulkan bahwa dominasi pemberitaan untuk wilayah Jabodetabek dalam program berita di televisi nasional Indonesia masih terus terjadi. Di sisi lain, hasil kajian yang sama dengan judul “Melipat Indonesia dalam Berita Televisi” karya Mohamad Heychael dan Pak Kunto Adi Wibowo pada tahun 2014 masih akurat untuk menyimpulkan fenomena pemberitaan televisi saat ini. Dimana, 41% pemberitaan televisi nasional masih dalam DAB wilayah Jabodetabek. Presentase ini bahkan mengalahkan persentase DAB pemberitaan nasional yang hanya sebesar 26% di program berita Selamat Pagi Indonesia Metro TV. Namun, berbeda halnya dengan pemberitaan wilayah Jabodetabek di program berita Selamat Siang Indonesia di NET TV yang persentase DAB wilayah Jabodetabek hanya sebesar 28% saja. Sebab, pemberitaan di program berita NET TV tidak sebanyak di Metro TV.

DAFTAR PUSTAKA

Ilham Gemiharto, A. A. (2017 ). Kajian Kritis Tayangan Televisi Favorit Kelas Menengah Perkotaan.

Muhamad Heychael, K. A. (2014 ). Melipat Indonesia dalam Berita Televisi: Kritik atas Sentralisasi Penyiaran.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *