Words of Thoughs #10 Virus Hoax Menjangkiti Masyarakat
Saat ini dunia sedang dihebohkan dengan virus yang dinobatkan oleh WHO sebagai sebuah pandemi, virus itu adalah virus Covid-19. Namun, rupanya tak hanya virus Corona yang perlu untuk masyarakat lawan saat ini. Masyarakat tidak menyadari bahwa terdapat satu virus yang sudah lama merajalela, tetapi belum ada tindakan pencegahan serius untuk memusnahkannya. Virus tersebut adalah virus hoax.
Saat ini kita sudah berada di era digital, di era ini semua bidang sudah dimudahkan dengan pesatnya perkembangan teknologi, khususnya internet. Tentu hal ini merupakan sebuah kemajuan yang sangat berguna bagi berbagai aspek kehidupan. Namun, segala sesuatu di dunia ini tidak hanya membawa sebuah keuntungan, tetapi akan selalu ada kerugian yang mengikutinya. Sama halnya dengan perkembangan teknologi ini.
Kemudahan akses informasi harus diiringi dengan kemampuan memilah informasi dan bijak dalam mempergunakannya. Dua hal tersebut haruslah beriringan karena apabila tidak maka akan memberikan dampak buruk yaitu mudahnya informasi hoax tersebar di kalangan masyarakat. Mengapa disebut virus hoax? Karena seperti virus lainnya, sebuah informasi hoax akan dengan mudah tersebar dengan cepat ketika sudah ada satu orang yang terjangkit, dalam hal ini yaitu mempercayai suatu informasi hoax dan menyebarluaskannya.
Definisi hoax itu sendiri adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dalam KBBI disebutkan bahwa arti hoax adalah berita bohong. Dengan kata lain, arti hoax dapat didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan, tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Menurut Silverman (2015), hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun ‘dijual sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), hoax adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
Berikut ini adalah jenis-jenis hoax yang perlu diwaspadai:
- Satire atau parodi
Satire merupakan konten yang dibuat untuk menyindir pada pihak tertentu. Kemasan konten berunsur parodi, ironi, bahkan sarkasme. Secara keumuman, satire dibuat sebagai bentuk kritik terhadap personal maupun kelompok dalam menanggapi isu yang tengah terjadi.
- Misleading content(konten menyesatkan)
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
- Imposter content(konten tiruan)
Imposter content terjadi jika sebuah informasi mencatut pernyataan tokoh terkenal dan berpengaruh. Tidak cuma perorangan, konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga. - Fabricated Content(konten palsu)
Fabricated content terbilang menjadi jenis konten palsu yang paling berbahaya. Konten ini dibentuk dengan kandungan 100% tidak bisa dipertanggungjawabkan secara fakta. - False connection(koneksi yang salah). Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.
- False context(konteks keliru)
False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada - Manipulated content(konten manipulasi)
Manipulated content atau konten manipulasi biasanya berisi hasil editan dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel.
Misinformasi atau sering disebut hoax kini tengah menjadi persoalan yang cukup serius. Pasalnya, hoax menjadi salah satu pemicu fenomena putusnya pertemanan, gesekan, dan permusuhan. Lantas Mengapa banyak orang yang mudah percaya dengan informasi-informasi hoax dan mengapa pula penyebarannya begitu masif meski kebenarannya belum dapat dipastikan?
“Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Misal seseorang memang sudah tidak setuju terhadap kelompok tertentu, produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi opini dan sikapnya tersebut, maka ia mudah percaya,” ujar Laras Sekarasih, PhD, dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia, saat dihubungi Kompas.com.
Yang menjadi faktor utama disini ialah fanatisme dan afirmasi. Ketika seseorang terlalu fanatis terhadap sesuatu maka jika terdapat informasi mengenai hal yang ia fanatiskan, maka keinginan untuk pengecekan kebenaran akan berkurang. Selain itu, Ketika kepercayaan, opini, atau sikap seseorang sudah terafirmasi, akan timbul pemicu seseorang dengan mudahnya meneruskan informasi hoax kepada pihak lainya.
Selain faktor-faktor tersebut, banyak juga hal-hal lain yang menyebabkan masyarakat mudah terkena hoax, berikut penjelasannya:
- Dilansir dari forbes.com, yang membahas tentang artikel eksperimen yang dilakukan oleh IFL science, sebanyak 141 ribu orang membagikan berita berjudul Marijuana Contains “Alien DNA” From Outside Of Our Solar System, NASA Confirms, padahal isi beritanya sama sekali tidak membahas DNA Alien. Ketika disurvei, para pembaca memang hanya tertarik dengan judulnya dan tidak membaca isinya. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa hoax dapat menyebar ketika pembuat berita memberikan judul yang tidak sinkron dengan sebuah isi tulisannya.
- Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of Leicester ditemukan bahwa orang yang mengalami lebih banyak tragedi dan kesulitan akan lebih mudah ditipu ketika ia tumbuh dewasa. Misalnya, seseorang yang mengalami perundungan, perceraian, cedera, dan tragedi lainnya akan cenderung lebih mudah mempercayai informasi salah. Hal ini mengindikasikan bagaimana misinformasi tersebut bisa menyerang masyarakat luas, dengan mudahnya akses informasi melalui sosial media, kelompok masyarakat yang demikian akan semakin rentan untuk mendapatkan berita yang salah.
- Menurut para ahli, semakin banyak seseorang mendengarkan ide, semakin besar kemungkinan seseorang mempercayai ide tersebut sebagai hal yang benar. Informasi-informasi ini akan disajikan dalam berbagai media seperti televisi, radio, dan internet. Hal tersebut dapat kita telusuri bahwa pesan hoaks tidak semata-mata dibuat begitu saja, tetapi dirancang dan disebarkan dengan sedemikian rupa agar dapat dipercaya oleh orang-orang. Oleh karena itu, cara “repetition” dilakukan oleh para penyebar berita melalui media agar pesan palsu ini dapat tersebar luas dan pada akhirnya akan memengaruhi para pembaca berita.
Hoax menurut pandangan ahli
- Ahli Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Alwi Dahlan menjelaskan hoax atau kabar bohong merupakan kabar yang sudah direncanakan oleh penyebarnya tersebut. “Hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah.” Dia menjelaskan, ada perbedaan antara hoax atau berita bohong biasa, karena hoax direncanakan sebelumnya. “Berbeda antara hoax dengan berita karena orang salah kutip. Pada hoax ada penyelewengan fakta sehingga menjadi menarik perhatian masyarakat,”
- Guru Besar hukum siber dari Universitas Malaya, Malaysia, Abubakar Munir bahkan menyebutkan bahwa penyebaran berita bohong melalui instrumen media online tidak hanya merusak kehidupan demokrasi suatu negara, tapi lebih jauh menjadi penyebab runtuhnya tatanan sebuah negara bangsa.
Di era globalisasi ini, hoax sudah menjadi tumor negara. Sebagai generasi yang paham dengan teknologi dan informasi, kita harus pintar dalam memilih informasi dan berita. Karena saat ini banyak berita palsu yang sengaja disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak betanggung jawab. Jika tidak teliti dan hati-hati, pengguna media sosial atau netizen akan dengan mudah termakan hoax dan bahkan bisa ikut menyebarkan hoax tersebut. Tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. Langkah sederhana untuk mengidentifikasi berita hoax agar kita tidak termakan hoax, yaitu hati-hati saat membaca judul berita yang sensasional dan provokatif, cermati alamat situs, perksa faktanya, cek keaslian foto atau video, dan ikut serta dalam komunitaas anti-hoax.
Referensi
https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/4KZ6rAqK-mengenal-7-jenis-hoaks
https://tirto.id/3-alasan-kenapa-orang-mudah-tertipu-hoaks-dan-berita-bohong-ejku
Oleh: Maharani Arlla Yesifa, Muhammad Hisyam Nahir, dan Yasmina Shofa Az Zahra